Jauh lebih banyak rudal yang sampai ke sasaran, dan sedikit terlihat penampilan sistem pertahanan Kubah Besi atau Iron Dome Israel.
Dua target yang diincar Iran adalah markas besar Mossad, dinas intelijen Israel yang dianggap paling bertanggungjawab atas berbagai pembunuhan di luar negeri.
Kedua, Pangkalan Udara Nevatim, markas armada jet tempur F-15 dan F-35 yang digunakan untuk menggempur Gaza, Lebanon, hingga serangan jarak jauh ke Yaman dan Suriah.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyatakan, Iran menggunakan pasal 51 Piagam PBB sebagai dasar hukum untuk memberi balasan ke Israel.
“Target kami infrastruktur dan fasilitas militer terkait penghancuran Gaza dan Lebanon,” kata Arraghchi sembari menyebutkan Teheran bersabar selama berbulan-bulan demi gencatan senjata di Gaza.
Setelah dirasa Israel tidak punya niat baik menghentikan perang, Iran memilih untuk bertindak lebih kuat.
Dalam pernyataan terbaru merespon serangan Iran, juru bicara Kemenlu Amerika Serikat, Mike Miller, membantah Iran telah memberitahu rencana aksinya lewat saluran diplomatik.
Kantor berita Reuters menyebutkan berdasar keterangan diplomat senior Iran, Teheran telah memberitahu pihak Amerika Serikat sebelum rudal-rudal balistik Iran diluncurkan.
“Pernyataan itu mutlak palsu. Kami tidak menerima peringatan apapun dari pemerintahan (Iran) mereka akan melakukan serangan,” kata Miller saat brifing media di Washington.
Sementara juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, memastikan sanksi ketat Amerika Serikat ke Iran tidak akan berubah dan akan terus dilanjutkan.
Sedangkan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jake Sulllivan mengancam Iran akan menerima konsekuensi atas serangan ini.
“Kami akan membuat lebih terang lagi, sejumlah konsekuensi akan diterima Iran atas serangan ini, dan kita akan bekerjasama dengan Israel,” kata Jake Sullivan.
Pernyataan terbaru Jake Sullivan ini menggambarkan, Amerika Serikat ada dalam posisi yang memang tidak bisa memberi solusi politik.
Washington tegas di posisi memihak dan membela rezim Israel, dalam kondisi apapun. Ini yang menyebabkan konflik Timur Tengah tidak pernah dan tidak bisa berakhir.