Oleh Teuku Parvinanda
Pengamat politik, jurnalis, praktisi komunikasi
PELANTIKAN Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia menjadi momen penting yang banyak ditunggu-tunggu oleh masyarakat.
Dengan latar belakang sebagai mantan jenderal dan tokoh yang telah lama terlibat dalam dunia politik Indonesia, pidato pelantikannya membawa harapan sekaligus tantangan yang tak terhindarkan.
Seperti pidato-pidato seremonial lainnya, Prabowo mencoba menyeimbangkan antara janji-janji besar dan realitas politik yang harus dihadapinya.
Retorika Nasionalisme dan Kemandirian
Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan komitmennya terhadap nilai-nilai nasionalisme yang kental, sebuah tema yang sering muncul sepanjang karier politiknya.
Ia berbicara tentang pentingnya menjaga kedaulatan negara, menciptakan kemandirian ekonomi, serta mengurangi ketergantungan pada negara asing.
Prabowo menyadari bahwa globalisasi membawa tantangan, tetapi juga peluang bagi Indonesia untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Namun, perlu dicatat bahwa nasionalisme tanpa landasan kebijakan yang jelas bisa menjadi retorika kosong.
Prabowo harus segera mengubah visi nasionalismenya menjadi kebijakan konkret yang memajukan sektor-sektor vital seperti industri, teknologi, dan pangan.
Hal ini akan mengukur seberapa kuat pidato pelantikan ini berdampak terhadap masa depan Indonesia di tengah persaingan global.
Janji Keadilan dan Pemerataan
Salah satu elemen penting dalam pidato Prabowo adalah janjinya untuk menciptakan keadilan sosial dan pemerataan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ia berbicara tentang pentingnya menghapus kesenjangan antara si kaya dan si miskin, serta memperbaiki infrastruktur di daerah-daerah tertinggal.
Janji ini tentu sangat relevan, mengingat ketimpangan sosial-ekonomi masih menjadi masalah besar di Indonesia.