Ekstremisme, yang muncul dalam berbagai model, acap kali mengakar pada ideologi yang bertentangan dengan prinsip toleransi dan kemanusiaan.
Menurut penelitian, ekstremisme dapat merusak struktur sosial karena menjadi motivasi terjadinya diskriminasi dan menimbulkan ketakutan dalam masyarakat (Ansori, 2022). Dalam konteks Indonesia, ekstremisme sering kali dikaitkan dengan sentimen agama dan politik yang berlebihan, yang tidak hanya menciptakan segregasi sosial tetapi juga mengancam keutuhan bangsa.
Ekstremisme akan menjadi penyakit atau virus yang menjadi akar utama terjadi benturan sosial dan konflik yang tak berkesudahan hal sudah terjadi dibanyak negara seperi suriah, afganistan dan masihnya banyak yang laiannya. Selain itu ektremisme manjadi ancaman serius terahad keutahuan bangsa, kurukanan sosial dan agama serta dapat mengahapus kebudayaan bangsa indonesia yang terkanal ramah mencintai perbedaan dan harmoni.
Oleh sebab itu, harus ada upaya dan strategi untuk membendung mencegah ektremisme agar indonesia yang rama dan penuh dengan harmoni tidak hilang akibat paham tersebut.
Pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi ekstremisme melalui berbagai kebijakan dan program deradikalisasi. Namun, upaya ini membutuhkan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Menurut Sugiharto (2023), pendekatan deradikalisasi hanya akan efektif jika didukung dengan pendidikan toleransi sejak dini dan penguatan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Harmoni sebagai Dasar Penguatan Identitas Bangsa
Harmoni dan toleransi merupakan fondasi penting dalam mewujudkan Indonesia yang aman, tentram dan damai. Hal ini tercermin dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika,” yang menandaskan pentingnya persatuan dalam keberagaman.
Menurut Asmara (2023), harmoni sosial dapat tercipta ketika masyarakat memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya saling menghargai perbedaan.
Memahami dan menghargai perbedaan adalah wajud dari harmoni dan cinta terhadap sesama tanpa memandang suku, ras dan agama. Hal ini menjadi citra bahwa dengan harmoni citra bangsa akan semakin berwana layaknya pelangi yang indah sebab terjadi perbedaan warna atau suara piano yang terdengar merdu karena perbedaan irama.
Pendidikan memainkan peran sentral dalam membangun kesadaran akan pentingnya harmoni. Di sekolah, siswa diajarkan untuk menghargai perbedaan dan menolak sikap diskriminatif.
Selain itu, program-program kebangsaan yang melibatkan masyarakat lokal juga menjadi media efektif dalam menanamkan nilai-nilai toleransi dan kerja sama. Program semacam ini, menurut Hidayat (2023), mampu mengurangi potensi konflik di tingkat akar rumput dan memperkuat solidaritas sosial.
Tidak hanya itu, pemahaman kebudayaan indonesia yang sangat beragam juga tak kalah penting, pendidikan kebudayaan dan cinta tanah air harus menjadi kurikulum utama baik disekolai ataupun unviresitas. Hal ini agar genarasi emas Indonesia mendapat vaksin anti virus ekstremisme supaya kebal terhadap paham teresbut, sebagai kita tahu bahwa generasi bangsa ini merupakan ujung tombak kemajuan dan keberlangsungan bangsa Indonesia
Sinergi untuk Menghadapi Ekstremisme
Sinergi antar elemen bangsa diperlukan untuk melawan ekstremisme. Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri; masyarakat dan organisasi non-pemerintah harus turut serta dalam menjaga perdamaian. Kerja sama antara lembaga pendidikan, tokoh agama, dan komunitas lokal dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan nilai-nilai toleransi (Subekti, 2022).
Ada berapa langkah utama untuk menekan ekstremisme dan mempromosikan toleransi di masyarakat diantaranya, Pertama, pendidikan memiliki peran penting dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi.