News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Menempuh Jalan Perdamaian Hingga Tuntas: RIP Kardinal Ayuso

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kardinal Ayuso (tengah) berbincang dengan Amrih Jinangkung mantan Dubes di Vatikan sekarang Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional Kemlu (kanan), dan Pastor Markus Solo Kewuta

Tak berhenti pada Dokumen Abu Dhabi, upaya perdamaian dunia juga diteruskan Paus Fransiskus lewat Dokumen Istiqlal. Dokumen yang ditandatangani bersama Imam Agung Masjid Istglal Nazaruddin Umar—sekarang Menteri Agama di pemerintahan Prabowo Subianto-- pada September 2024, juga menyerukan penghentian kekerasan dan ekstrimisme atas nama agama. 

Pandangan Paus Fransiskus dalam seruan perdamaian dunia ke arah Asia Pasifik—tak lagi hanya Eropa dan Timur Tengah—juga hasil sumbangsih saran Kardinal Ayuso.

“Keterbukaannya, kepada Asia, membuatnya dikenal di Asia, termasuk Indonesia.” Ini adalah kalimat Padre Markus Solo Kewuta, SVD, yang lama bekerja di Dikasterium Dialog Antar Umat Beragama. Markus Solo, dikenal di Indonesia sebagai penerjemah Paus Fransiskus dalam kunjungan tiga hari di Jakarta, September lalu. 

Selama tiga hari kunjungan di Jakarta, kehadiran Paus Fransiskus dinanti-nantikan umat Katolik di pinggir jalan. Berharap doa dan berkat dari Paus.

Mulai dari ibu-ibu yang sedang hamil, ibu-ibu dan bapak-bapak yang mengajak serta anaknya, sampai anak kecil, menantikan Paus melintas di pinggir jalan.

Dan Paus Fransiskus setiap melintas, meminta laju mobil yang dikemudikan polisi Vatikan melambat, kemudian tak segan mengulurkan tangan memberi berkat tanda salib hingga membagikan Rosario. 

Di antara ingar bingar kedatangan Paus, sosok Kardinal Ayuso tak bisa dilupakan. Indonesia, terutama cendekiawan Muslim mengenal Ayuso sebagai penggodok inisiasi persaudaraan antar manusia. Untuk itulah, Kardinal Ayuso dianugerahi Doktor Honoris Causa (Kehormatan) oleh Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga di Yogyakarta pada Februari 2023. 

Sebetulnya, tak heran bila Ayuso fasih mengenal Islam. Karena memang Ayuso belajar tentang agama Islam dan juga bahasa Arab.

Pada 2012, Paus Benedektus XVI –sebelum Fransiskus—memindahkan Ayuso dari Institut Kepausan untuk Studi Arab dan Islam (Pisai), dan mengangkatnya sebagai Sekretaris Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama.

Dalam pertemuan dengan Ayuso pada November 2022, selain mendapat bocoran kedatangan Paus, kami—wartawan dalam Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia--terkesan dengan upayanya yang tak lelah menerobos barikade pikiran pembeda yang sering membuat antar manusia berselisih.

“Kita perlu berpikiran terbuka. Pelajari dan pahami, kemudian berdialoglah,” kata Ayuso dalam perbincangan waktu itu.   

Kardinal Ayuso mungkin memang kurang sehat dalam beberapa tahun belakangan. Jantung sang kardinal sudah beberapa kali mengganggu aktivitasnya.

Pun, saat bemuhibah ke Yogyakarta, mampir di Jakarta, jadwalnya sempat ditunda beberapa bulan. 

Tapi, Ayuso memberikan yang terbaik dari dirinya, dalam kelebihannya, memahami agama dan kepercayaan lain. Saat serangan jantung terjadi, sang kardinal sedang di Spanyol.

Setelah sebulan dirawat di Rumah Sakit Gemelli, Roma, Kardinal Ayuso tutup usia pada 25 November 2024. Meninggalkan karya-karya pemikirannya, untuk menghentikan pertikaian antaragama dan menggencarkan dialog antaragama.   

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini