"Kalau ini sampai ditutup, kami semua mau kerja apa," keluhnya.
Menurutnya, keberadaan TPAS Galuga ini memang memberikan dampak buruk bagi sumber mata air warga sehingga tidak dapat digunanakan lantaran sudah terkontaminasi dengan serapan air limbah sampah.
"Memang sumur kami sudah tidak bisa dipakai lagi, sekarang kami air pakai PDAM," ujarnya.
Hal senada dikatakan Junaedi (60) warga RT 12/06 Desa Galuga.
Menurutnya, dia tidak merasa terganggu dengan aktifitas truk sampah yang setiap hari melintas di kampungnya.
"Saya tidak merasa terganggu dengan lewatnya truk sampah ini. Malah kalau sampai ini ditutup kami mau makan apa. Kerjaan yang bisa kami lakukan cuma mulung sampah," terangnya. (*)