Sejauh mata memandang dari hulu ke hilir yang tampak warga berkerumun di tengah jalan.
Mulai dewasa, hingga anak-anak berkumpul di jalan beton di tepi laut. Menjauh dari kursi teras di depan rumah.
Sebagian remaja hingga dewasa tampak tak ketinggalan mengeluarkan hanphone. Memotret untuk mengabadikan momen langka ini.
Sejumlah anak-anak tampak ikut menyaksikan dari gendongan orang tuanya.
Sebagian anak-anal lainnya hanya melihat dengan mata telanjang.
Terperanga sambil bertanya dan sesekali menunjuk, mereka memperlihatkan keheranan tentang kejadian langka yang baru disaksikan.
Dari pantaun tribunjambi.com, (tribunnews.com-network) puncak gerhana matahari terlihat sekitar pkulu 07.10 Wib dengan rentan waktu sekitar dua menit.
Setelah itu secara perlahan, bayangan hitam bulan menjauh dan matahari kembali memancarkan teriknya.
Begitulah cara warga kampung nelayan ini melihat fenomena alam yang terjadi dalam rentan hingga 30 tahun ini.
Tak ada panggung hiburan, maupun tamu undangan. Namun, warga nelayan di Kecamatan Kuala Jambi cukup bersyukur karna masih di beri kesempatan untuk menyaksikan fenomena ini.
"Terkahir nengok tahun 83, waktu itu masih SD. Ini baru lihat lagi, dak tau kedepannya seperti apa," kata Amir.
Menurut keterangan warga di sana, jika pada 1983 fenomena ini masih melekat mitos larangan untuk melihat langsung gerhana matahari.
Namun, tahun ini, mulai dari dewasa hingga anak-anak menyaksikan dengan mata kepala sendiri melihat keajaiban alam semesta ini.
"Dulu banyak pantangannya, sekarang ini tidak," ujarnya. (*)