Selain Sultan masih ada tiga pendirita gizi buruk lain di HSU yaitu M. Salimi dan Habiburrahman warga Amuntai utara serta Irma warga Danau Panggang.
Hatta mengakui perlu adanya peningkatan penanggulangan gizi buruk, selama ini dari 13 Puskesmas hanya ada dua puskesmas yang disertai dengan layanan rawat inap.
Idealnya adalah seluruh Puskesmas karena sekaligus berfungsi sebagai fasilitas Panti Pemulihan Gizi (PPG).
Dinas Kesehatan masih terus mengupayakan meski dilakukan secara bertahap karena memerlukan anggaran yang besar dan tenaga kesehatan yang ahli.
"Kami akan upayakan ada fasilitas PPG di setiap Puskesmas," ucapnya.
Permasalahan gizi buruk adalah permasalahan lintas sektoral meski Dinas Kesehatan menjadi tempat terakhir untuk pencegahannya. Dengan kerja sama dari seluruh pihak pencegahan bisa dilakukan.
Untuk melihat kondisi balita di HSU Dinas Kesehatan melakukan penimbangan massal untuk mengetahui status gizi.
"Minat penimbangan bayi masih kurang, hanya sekitar 60 persen yang diketahui masih ada penderita gizi buruk, sedangkan sisanya 40 persen kemungkinan masih ada namun tidak terpantau," ungkapnya.
Karenanya perlu adanya kesadaran bagi masyarakat untuk lebih aktif memberikan imunisasi serta mengikuti posyandu secara rutin.(*)