Laporan Wartawan Tribun Lampung, Ferika Okwa Romanto
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG – Sebanyak 12 grup vokal dan tari perwakilan 15 kabupaten/kota se-Lampung menyemarakkan Festival Butabuh, di PKOR Way Halim, Sabtu (25/6/2016).
Acara yang digelar Komite Tradisi Dewan Kesenian Lampung itu dipadati ratusan pengunjung, yang ingin menikmati keunikan salah satu khazanah musik asli Lampung itu.
Masing-masing grup musik membawakan lima tajuk seni berbeda, mulai dari zikir lama, zikir baru, hadrah lama, hadrah baru, dan rudat.
Berbekal alat musik semacam rebana, mereka memainkan lagu berlirik rohani Islam dengan lantunan bait yang merdu.
Bahkan, beberapa grup sengaja menampilkan penari dengan gerak tari tradisional.
“Butabuh, adalah pagelaran musik yang unik dan bercita rasa tinggi. Apalagi dalam bait-bait yang dilantunkan, terkandung makna filosofis yang bisa diambil pelajaran di dalamnya," ungkap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung, Hery Suliyanto.
Selain dari sisi seninya, grup penampil juga mengangkat khazanah Lampung dari segi fisiknya. Di mana, seluruh pemainnya mengenakan pakaian adat dan melantunkan lagu dengan bahasa Lampung,” katanya.
Ketua Pelaksana Festival Butabuh, Suttan Purnama mengungkapkan, tujuan pelaksanaan gelaran tersebut tidak lain untuk mengangkat kembali khazanah musik asli Lampung.
Apalagi, seni musik tersebut kental dengan nuansa religius. Pelaksanaannya pun dinilai tepat apabila diadakan saat bulan Ramadan.
“Bicara soal masyarakat yang punya konsen ke seni butabuh, sebenarnya di Lampung cukup berlimpah dan mudah ditemukan. Apalagi hampir di tiap kabupaten/kota, bisa dipastikan memiliki rata-rata 5-6 grup butabuh. Seperti acara hari ini saja, kalau diundang semua grup butabuh di Lampung, kami kira festival ini nggak bisa digelar hanya sehari saja,” terangnya. (*)