TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahasiswa seluruh Indonesia telah melangsungkan demo besar-besaran dihadapan pemerintah mengenai penolakan tentang sejulah Rancangan Undang-Undang Hukum Pidana (RUU-KHUP) yang terbaru. Demo mahasiswa berlangsung 23-24 September 2019. Dan pada tanggal 25 September demo diberlangsungkan oleh para siswa/siswi kalangan SMA,STM, dan SMP.
Terdapat deretan pasal dalam RKUHP yang dianggap melenceng dan tidak masuk akal, seperti mengenai aborsi, aturan korupsi hingga aturan tentang perzinahan. Untuk para mahasiswa yang sedang siap-siap menuntut keadilan dihadapan pemerintah, cek dulu 6 film yang wajib ditonton agar perjuangan kamu membela keadilan semakin totalitas.
1. Film Detroit (2017)
Film drama kriminal ini berasal dari kisah nyata di daerah Detroit, Michigan, AS, pada 1967 silam. Kerusuhan ini berlandaskan isu rasial antara warga kulit putih dan kulit hitam di Amerika. Film ini mulai tayang pada Agustus 2017. Disutradarai oleh Kathryn Bigelow, film ini dibintangi oleh pemenang Oscar, Anthony Mackie.
Film ini mengenai penyerbuan polisi terhadap sebuah klub malam milik warga kulit hitam, dimana mayaroitas warga kulit hitam pun melakukan kerusuhan dengan penjarahan dan pembakaran toko-toko di kota Detroit.
Baca: Viral Aksi Keybordist Arindi Putri, Mainkan Keyboard Ala Musik DJ, Skillnya Dilirik 2 DJ Ternama
Tribuners, film ini kental dengan isu sosial dan isu rasialis di era modern loh. Meskipun kejadian dan film ini telah berlalu, isu rasialis antara kulit hitam dan kulit putih di Amerika masih memanas. Melalui isu yang fenomenal ini, film ini bisa dijadikan pembelajaran bagi Tribuners yang sedang mendalami isu rasisme yang terjadi di Indonesia saat ini.
2. Film No Escape (2015)
Siapa yang gak ke sem-sem akan ketampanan Owen Wilson. Di film ini, Owen rela lari-larian demi melindungi keluarga kecilnya. Film ini berawal dari Sepasang suami istri yang pindah ke negara Asia Tenggara, alih-alih ingin hidup bahagia dengan keluarga kecil tercintanya, Jack Dwyer yang diperani oleh Owen Wilson diterpa kemalangan di awal kepindahannya. Kedatangan Jack dan keluarga nya berbarengan dengan peristiwa kudeta yang berujung pada terbunuhnya seorang perdana mentri oleh pasukan pemberontak.
Pasukan pemberontak ini mengincar setiap warga asing di daerahnya, ia tak segan-segan menembaki setiap warga asing yang tak bersalah. Pada film tersebut, pasukan pemberontak ini adalah kelompok di pemerintahan yang tidak setuju dengan masuknya investasi asing yang ternyata memperbudak mereka dengan hutang luar negri.
Baca: Brand Lokal Karya Influencer Indonesia Mendapatkan Rekor MURI
Film No Escape ini memberikan rasa takut bercampur trauma sehingga mengingatkan kita akan kerusuhan Mei 1998. Tribuners jika kamu memiliki nyali yang kecil, jangan pernah nonton film ini. Selain mengandung adegan-adegan pembunuhan tanpa adanya rasa empati dan simpati, film ini membuat penontonnya merasa sesak, stress dan haru tak kepalang.
Duh, semoga aksi demonstrasi mahasiswa dan seluruh warga tidak berujung pada pemberontakan yang kejam yah.
3. Film Padmaavat (2018)
Pecinta film India, jangan harap film ini berisi nyanyian indah ataupun menari dibawah pohon. Film kontroversial ini sempat memicu aksi protes besar-besaran di Ahmedabad, India. Para aksi demonstran tak segan-segan membakar sepeda motor dan merusak mobil di Ahmedabad.
Dibalik banyaknya kontroversi, film ini diangkat dari sebuah teks pusi diabad ke-16. Film ini menceritakan tentang Rani Padmavati yang merupakan dewi Hindu di abada ke-14. Kecantikan dan kepintaran seorang dewi Hindu ini terdengar sampai ke seluruh penjuru negri, hingga raja Muslim pada Abad ke-14, Alauddin Khilji menyerang kerjaaan karna jatuh cinta dengan dewi Hindu, Padmavati.
Baca: Wadidaw! Malam Jumat Mau Makan Mie Ayam Malah Mangkok Digeser Makhluk Gaib
Kontroversi ini terjadi dikarenakan para kelompok Hindu dan sebuah organisasi kasta Rajput menuduh film ini mengandung adegan yang tidak pantas. Tak hanya itu, kelompok Muslim India juga tidak terima dan memprotes tokoh sejarah Alauddin yang dianggap menjelek-jelekan seorang Sultan dari kerjaan Islam.
Meskipun memiliki banyak kontroversi dimana-mana, film ini wajib loh ditonton oleh Tribuners, karna sosok Padmavati sendiri bisa dijadikan contoh keberanian seorang wanita atau ratu yang bisa memotivasi bagi kaum wanita lainnya.
4. Di Balik 98 (2015)
Dibalik judulnya aja, Tribuners pasti udah pada paham bahwa film ini merupakan salah satu gambaran dari rusuhnya kejadian Mei 1998 silam. Film karya Lukman Sardi berhasil membuat memori kerusuhan terulang kembali.
Film ini berkisah seorang mahasiswi Trisakti Diana yang diperankan Chealsea Islan, yang ikut dalam demo yang diselenggarakan kampus itu. Bersama pacarnya yaitu Daniel yang diperankan Boy William, mereka berdua mengikuti demo bersama di barisan terdepan.
Di film ini, kita juga melihat kerusuhan, gedung-gedung terbakar hingga lainnya, sehingga kondisi kelam ini serasa terulang kembali.
Untuk para mahasiswa pendemo, film ini bisa dijadikan pembelajaran untuk mengenang masa-masa demo pada orde baru tersebut
5. Gie (2005)
Film biografi karya sutradara Riri Riza diangkat dari buku “Catatan Seorang Demonstran” oleh Soe Hok Gie atau dipanggil Gie. Film ini berlatar kehidupan rakyat Indonesia di era orde lama. Film ini juga menceritakan sosok Soek Hok Gie yang seorang aktivis dan penulis. Gie adalah sosok tokoh yang sangat menyoroti tragedy G30/S/PKI, dimana kejadian tersebut sangat memilukan dalam sejarah bangsa Indonesia. Gie dibesarkan di Jakarta, dan merupakan seorang keturunan Tionghoa.
Film ini menceritakan Soe Hok Gie saat menjani masa remaja dan berkuliah di Universitas Indonesia. Petualangan Soe Hok Gie dikemas dengan apik dengan latar tahun 1956-1969, tokoh Soe Hok Gie ini memiliki tujuan untuk menggulingkan rezim Soekarno. Soe Hok Gie sendiri tumbuh menjadi pemuda yang kritis terhadap berbagai hal yang dianggapnya tidak adil.
Meskipun film ini rilis pada tahun 2005, film ini tetap populer di semua kalangan dan selalu di putar tiap tahunnya di cinema lokal sebagai penghormatan atas kisah Soe Hok Gie. Film Gie mendapat penghargaan dari Singapore International Film Festival 2006 sebagai “Best Asian Feature Film” dan dari Asia Pasifik Film Festival 2006 pada nominasi “Special Jury Award”.
Baca: Cus! Liburan Puas ke Malang Cuma Rp 2 Juta-an, Pas Banget buat Mahasiswa
Tribuners, sosok Soe Hok Gie patut kita tiru loh, sifat kritis dan mau memperjuangkan kaum mayoritas patut diancungi jempol. Mulai dari aktif berorganisasi hingga hobi membaca, menjadikan ia teladan bagi seluruh mahasiswa.
6. Istirahatlah Kata-Kata (2016)
Siapa yang gak kenal Widji Thukul, seorang aktivis sekaligus penyair terkenal yang hilang tak berkabar pada pemerintahan Orde Baru. Pada film ini, sosok Wiji Thukul diperankan dengan apik oleh Gunawan Maryanto dan Marissa Anita sebagai istri Wiji Thukul. Film biografi ini menceritakan sosok Wiji yang melarikan diri ke Pontianak selama 8 bulan. Setelah itu, Wiji mulai berpindah-pindah rumah sambil menyuarakan kritik-kritik terhadap ketidak-adilan penguasa melalui pusi-pusi yang ia buat.
Sedangkan sang isrti yang bernama Sipon, hidup di Solo bersama dua anaknya. Hidup Sipon tak tenang tiap harinya, rumah yang selalu di awasi oleh polisi menjadi tekanan dalam hidupnya.
Film ini mencertiakan tentang bagaimana pelarian sosok Wiji Thukul yang menjadi buronan. Film yang berdurasi kurang lebih 1 jam ini lebih banyak menampilkan keheningan yang mencekam. Bagi sebagian orang, film ini membosankan, tapi jangan salah loh Tribunners, bagi orang-orang yang telah membaca puisi-puisi Wiji Thukul pasti film ini mewakili bagaimana rasa cemas, putus asa hingga takut pada masa-masa orde baru saat itu.
Nah, itu dia Tribuners film-film dimana bercerita tentang memperjuangkan kebenaran dan keadilan di suatu negara. Yuk untuk seluruh masyarakat yang sedang menyuarakan aspirasi dihadapan pemerintah, jangan lupa untuk menjaga keselamatan, tidak anarkis dan mari untuk bersama-sama menyalurkan aspirasi dengan damai. Love and Peace! (*)
Penulis: Siti Anisah Nabilah