BI Menilai Pelemahan Rupiah Masih Batas Wajar
Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, menganggap melemahnya rupiah pada beberapa waktu belakangan ini tidak perlu dikhawatirkan.
Penulis: Arif Wicaksono
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Arif Wicaksono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, menganggap melemahnya rupiah pada beberapa waktu belakangan ini tidak perlu dikhawatirkan karena masih mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia.
Ia juga menekankan pelemahan nilai tukar mata tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi hampir semua mata uang melemah terhadap dolar AS.
“Sebetulnya jangan menganggap cuma rupiah yang melemah. Dolar AS yang menguat dan semua mata uang lain ikut melemah,” kata Darmin Nasution, di Jakarta, (31/08/2012).
Pelemahan rupiah tersebut, menurut Darmin, tidak mengkhawatirkan karena masih sesuai dengan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia.
Ia juga mengatakan tidak akan melawan pelemahan Rupiah tersebut, hanya saja BI akan menjaga agar pelemahannya tidak terjadi terlalu cepat.
“Kebijakan BI dalam menjaga nilai tukar adalah kita menyesuaikannya dengan fundamental ekonomi kita. Artinya, kalau memang Rupiah harus melemah, kita hanya menjaga agar jangan melemahnya terlalu cepat, sehingga persepsi yang muncul di pasar tidak aneh-aneh. Begitu juga sebaliknya jika Rupiah menguat, maka kita juga tidak akan melawan, asal jangan terlalu cepat,” tambahnya.
Rupiah belakangan ini memang melemah menembus batas psikologis Rp9500 per dolar bahkan diperkirakan pada hari ini bakal tembus Rp9600 per dolar.
Darmin malah mengatakan, melihat fundamental ekonomi Indonesia memang diperlukan pelemahan rupiah.
“Memang bila berdasarkan fundamental ekonomi, kita perlu adanya pelemahan (Rupiah). Ada yang mengatakan untuk mengatasi ini BI Rate harus dinaikkan. Tetapi kalau BI Rate dinaikkan itu namanya pengetatan, dan kita melihat bukan itu persoalan ekonomi kita. Jadi bukan pengetatan jawabannya,” jelasnya.(*)
BACA JUGA: