Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pasar Ekspor Tekstil Belum Stabil

Saat ini, nilai rupiah berada pada titik terendah sejak 2009.

Editor: Sanusi
zoom-in Pasar Ekspor Tekstil Belum Stabil
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Suasana penjualan tekstil di salah satu pusat perbelanjaan di Tanah Abang Jakarta Pusat, Jumat (8/2/2013). Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan, pangsa pasar tekstil dan produk tekstil (TPT) impor di tahun ini bisa meningkat 10 persen menjadi 65 persen dari pangsa pasar tahun lalu yang sebesar 55 persen. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Saat ini, nilai rupiah berada pada titik terendah sejak 2009. Nilai tukar rupiiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) mendekati level Rp 11.000 per Dollar AS.

Selain rupiah, beberapa mata uang lain, utamanya, beberapa negara Asia Pasifik, seperi Yen Jepang, Yuan Cina, pun melemah terhadap dolar AS. Posisi Yen berada pada level 97,94 per dolar AS.

Lalu, dollar Hongkong sebesar 7,7545 per dollar AS. Kemudian, dollar Singapura mencapai 1,2740 per dollar AS. Sementara Yuan Cina sejumlah 6,1227 per dollar AS.

Bagi pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Jabar, melemahnya rupiah itu meresahkan karena mayoritas bahan baku TPT adalah komoditas impor.

Menurut Sekretaris DPD Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jabar, Kevin Hartanto, dua komoditas yang harus diimpor adalah kapas dan fiber.

"Industri TPT bergantung pada pergerakan kurs rupiah. Apabila kurs rupiah melemah, secara otomatis, biaya produksi, yaitu untuk impor meningkat," kata Kevin kepada Tribun, Rabu (21/8).

Menurut Kevin, lemahnya rupiah dapat menguntungkan eksportir, termasuk yang bergerak pada TPT. Akan tetapi, saat ini, pasar ekspor masih belum stabil sebagai efek krisis global. Jadi, orientasi pasar industri-industri TPT yaitu menggarap pasar domestik.

Berita Rekomendasi

Meski demikian, tegas Kevin, para pelaku industri TPT tidak langsung menaikkan harga jual karena dapat berpengaruh pada perkembangan dan permintaan pasar.

Para pelaku industri, termasuk TPT, kata Kevin, tentunya ingin rupiah stabil. Hal itu dapat menjadi faktor penting untuk menjaga tingkat inflasi.

"Banyak hal yang terpengaruh oleh inflasi yang tinggi. Di antaranya, upah pekerja. Jika begitu, beban industri kian berat karena biaya operasional makin tinggi. Ini harus diatasi," ujarnya.

API pun, kata Kevin, meminta pemerintah memproteksi sektor hilir pelaku TPT. Hal itu, bermanfaat besar melawan impor asal Cina, yang membanjiri pasar domestik.

Namun, kata Kevin, apabila pemerintah tidak melakukan langkah-langkah strategis menyikapi melemahnya rupiah, tidak tertutup kemungkinan, pelaku industri beralih profesi jadi pedagang.

Efek lebih luasnya, karena berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan angka pengangguran. "Ya itu, pelaku industri tidak mau rugi, akhirnya, setop produksi dan menjadi pedagang. Ini kan masalah baru lagi. Jadi, kami harap, pemerintah melakukan upaya strategi dalam menyikapi kondisi saat ini," kata Kevin. (win)

Tags:
Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas