Rupiah Terpuruk, Perusahaan Ritel Ini Justru Senang
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disambut positif oleh pihak PT Trisula International Tbk
Penulis: Arif Wicaksono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disambut positif oleh pihak PT Trisula International Tbk (TRIS), emiten ritel yang menjual beraneka pakaian dengan berbagai merek.
Direktur Utama PT Trisula International Tbk, Lisa Tjahjadi mengatakan, penguatan mata uang dolar AS membawa dampak positif bagi perseroan karena sekitar 85 persen penjualannya berorientasi ekspor sedangkan sisanya di dalam negeri.
"Akibatnya secara simulasi, kenaikan kurs dolar AS sebesar 5 persen, dapat memberikan tambahan laba kotor sekitar 10 persen. Kita tidak bersyukur tapi kita menikmari kenaikan dari dolar AS itu sendiri," ucap Lisa saat paparan kinerja semester pertama 2013 di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (28/8/2013).
Sedangkan, harga pokok penjualan untuk penjualan ekspor sebesar 35 persen dalam bentuk mata uang rupiah, seperti biaya buruh, overhead cost dan biaya lokal lainnya.
Lebih lanjut Lisa mengatakan, bahwa pesatnya pertumbuhan ke pasar domestik memacu perusahaan untuk terus memperbanyak gerai penjualan produk-produk Perseroan.
Ia mengaku, hingga juni 2013, Perseroan memiliki total gerai penjualan sebanyak 268 gerai yang terbesar di pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan.
Merek pertama yang dipasarkan oleh Perusahaan ini adalah celana bermerek JOBB, disusul dengan lisensi untuk memasarkan pakaian, celana dan aksesoris untuk merek Jack Niclaus.
Sampai dengan 2013, Perseroan memegang lisensi untuk 5 merek yaitu JOBB, Jack Niclaus, UniAsia, Man Club dan G2000.
Pada semester pertama 2013, perseroan membukukan penjualan bersih sebesar Rp 317,3 miliar atau mengalami peningkatan 27,4 persen dari periode yang sama ditahun sebelumnya sebesar Rp 249,1 miliar.
Penjualan retail menyumbang Rp 47 miliar atau meningkat 14,8 persen dari total penjualan dan naik dari porsi periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 11,3 persen.