Rupiah Melemah karena Pemerintah Abaikan Ekspor
Melemahnya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sekarang ini akibat pemerintah menganakemaskan produksi dan barang-barang impor
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi DPR RI dari PDIP mengajak pemerintah untuk mempelopori menggunakan sandang, pangan, papan dan barang-barang dalam negeri, untuk memperkuat rupiah dan sebagai langkah kemandirian bangsa.
"Melemahnya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sekarang ini akibat pemerintah menganakemaskan produksi dan barang-barang impor, sebaliknya mengabaikan ekspor. Padahal, negara ini akan kuat kalau eksportnya bagus," ujar anggota FPDIP Maruarar Sirait dalam dialog bersama mantan Menkeu Fuad Bawazier di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Menurut Maruarar, pemerintah harus sadar dengan kepentingan negaranya sendiri, daripada kepentingan dunia internasional. Apalagi, Amerika Serikat sendiri mementingkan negaranya dan tak peduli dengan negara lain. Di mana cadangan devisa negara kita tinggal 92 miliar dollar AS dari sebelumnya 105 miliar dollar AS. Harusnya ada kebijakan yang konkret untuk memperkuat rupiah, memperkuat ekspor, dan tidak memanjakan import.
"Jangan sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meninggalkan masalah kepada pemerintahan baru 2014," katanya.
Menurutnya, dalam tahun politik ini semua partai siap menghadapi pemilu dan menyonsong pemerintahan baru 2014-2019, maka dia berharap Presiden SBY tidak meninggalkan masalah kerapuhan fondasi ekonomi pada pemerintahan berikutnya.
Sementara itu Fuad Bawazier menilai kebijakan pemerintah dalam menghadapi melemahnya rupiah sekarang ini sesat, karena melakukan intervensi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengerahkan Jamsostek dan BUMN.
Konsekuensinya kalau rugi, pemerintahan baru mendatang bisa mengusut kebijakan tersebut. Dia prihatin dengan tata kelola negara saat ini, sehingga kemampuan pemerintah dalam menghadapi kondisi itu sangat rendah. Anehnya lagi, pemerintah menjadikan Indonesia sebagai pasar bagi eksport.
“Kalau saja dollar sudah Rp 10.000,- Rp 12.000,- dari sebelumnya Rp 9000,-, berarti naik 20 persen, maka ini akan berdampak pada kenaikan APBN sebesar 20 persen. Ditambah lagi utang pemerintah dan swasta sama-sama besar, maka kondisi ini akan makin berat kalau tak ada usaha swasembada pangan dan tetap mengandalkan eksport,” kata Fuad.(js)