Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Petani Komoditi Ekspor Untung Besar

Kenaikan dolar membuat harga komiditi naik khususnya komiditi eskpor dibanding biasanya

zoom-in Petani Komoditi Ekspor Untung Besar
(Sriwijaya Post/Syaifuddin Zuhri)
Tampak para petani karet di Banyuasin tengah menjual karet kepada para toke. 

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Naiknya kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di sisi lain ternyata menguntungkan para petani. Kenaikan dolar membuat harga komiditi naik khususnya komiditi eskpor dibanding biasanya.

"Harga CPO berbanding lurus dengan naiknya dolar, imbasnya otomatis harga TBS ditingkat petani akan naik juga," ujar ketua Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (GAPPERINDO) Wilayah Sumatera Utara Gus Dalhari Harahap kepada Tribun, Jumat (6/9/2013).

Menurutnya saat ini harga TBS sangat menggembirakan dan menyentuh angka Rp 1.350-1.400 per kilogram. Namun, menurutnya besaran nilai rupiah tersebut tidak akan sampai ke tangan petani dengan nilai yang sama karena petani biasanya menjual kepada pengepul.

"Pengepul biasanya mencari untung. Di kalangan petani biasanya Rp 900-100," ujarnya.

Ia berharap penguatan di sektor lain yang berhubungan dengan produksi harusnya juga diperkuat.

"Biar saja dolar naik, tapi produksi dan mutu produk kita harus tetap dijaga," ujarnya.

Selain sawit, ia mengatakan beberapa komuditas yakni kopi, karet, coklat juga terangkat karena naiknya dolar.

Berita Rekomendasi

Petani karet juga untung besar dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar. Namun secara umum harga karet karet belum dalam titik stabil.

"Harga karet secara umum bagus namun belum maksimal," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Edy Irwansyah.

Namun, tingginya harga karet yang pasaran internasional yang mencapai kisaran 2,5 dolar AS berbanding terbalik dengan harga yang diterima per tani.

Rendahnya rupiah yang diterima oleh petani menurut Edy dilatarbelakangi beberapa faktor. Antara lain masih tingginya kadar air serta banyaknya kotoran yang menempel.

"Kedua faktor ini sangat memperngaruhi harga karet petani," ujarnya.

Kebiasaan para petani yang langsung menjual hasil panennya kepada pengepul dengan kadar air yang masih tinggi (karet basah) akan membuat harga karen menurun. Apalagi para pengepul tidak mau rugi sehingga tafsiran kadar air akan dilebihkan.

"Praktek ini akan merugikan petani. Kecuali petani bisa langsung menjualnya ke pabrik sehingga bisa untung," ujarnya.

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas