Pemerintah Impor, Koperasi Kedelai Tak Dapat Keuntungan
Perajin koperasi tahu tempe mengaku tak bisa menaikkan harga jual kedelai meski harga bahan baku berupa kedelai sudah melonjak tinggi
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perajin koperasi tahu tempe mengaku tak bisa menaikkan harga jual kedelai meski harga bahan baku berupa kedelai sudah melonjak tinggi. Hal itu disebabkan, saat ini pemerintah sudah terlanjur membuka keran impor.
Momo, perajin tahu tempe di Utan Kayu, Jakarta Timur mengaku ingin menaikkan harga jual kedelai minggu lalu. Namun akibat menunggu pasokan kedelai datang, para perajin tidak jadi menaikkan harga.
Momo menjelaskan, saat ini harga jual kedelai sudah mencapai Rp 8.490 per kilogram. Dengan angka sebesar itu, perajin tahu tempe pun menurunkan harga jual agar tetap dibeli pelanggan.
Sementara itu, Perum Bulog mengeluarkan anggaran sebesar Rp 700 miliar untuk mengimpor kedelai. Dengan dana tersebut, Bulog menargetkan bisa membawa masuk kedelai impor sebanyak 100 ribu ton.
Sutarto Alimoeso, Direktur Utama Perum Bulog, menjelaskan Bulog melakukan impor karena perintah dari Kementerian Perdagangan. Dalam pelaksanaannya, impor kedelai akan dilakukan secara bertahap. "Kita kan belinya tidak langsung semuanya, kalau langsung itu pasti lebih murah," ujar Sutarto.
Menurut Sutarto anggaran sebesar Rp 700 miliar tidak terlalu besar. Jika dibandingkan belanja beras, Bulog menghabiskan Rp 15 triliun.
Sebelumnya diberitakan tribunnews.com, setiap tahun konsumsi kedelai di Indonesia membutuhkan 2,5 juta ton. Sedangkan produksi kedelai dalam negeri hanya mencapai 700 ribu ton.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.