Produksi Tahu Tempe Turun 2 Kwintal
Perajin tahu tempe di wilayah Utan Kayu mengaku masih kesulitan mendapatkan kedelai untuk produksi.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Gusti Sawabi
SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR
Pekerja membersihkan peralatan yang tidak difungsikan menyusul mogoknya produksi tahu dan tempe di salah satu pabrik di kawasan Geucue Kayee Jato, Kecamatan Banda Jaya, Banda Aceh, Senin (26/8). Naiknya harga kedelai impor dari Rp 7.000 menjadi Rp 8.700- Rp 9.000/kg mengakibatkan 12 pabrik tahu di Banda Aceh dan Aceh Besar menghentikan produksi untuk sementara. SERAMBI/M ANSHAR
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perajin tahu tempe di wilayah Utan Kayu mengaku masih kesulitan mendapatkan kedelai untuk produksi. Meski impor sudah diberlakukan, namun pasokan kedelai belum tiba.
Dengan keterlambatan stok kedelai untuk para pe rajin tahu tempe mengaku produksinya menurun. Kendati demikian harga kedelai yang telah dipesan menurun dari Rp 9.300 menjadi Rp 8.950.
"Penurunan produksi jadi 2 kwintal," ujar Momo pemilik pengrajin tahu tempe di utan kayu, Selasa (17/9/2013).
Momo menambahkan para pe rajin menilai pemerintah hanya berwacana saja dalam menambah pasokan kedelai dari impor. Menurut Momo, pemerintah mengumumkan impor kedelai hanya untuk mengatur harga.
"Produksi penurunan, mungkin wacana pemerintah saja agar harganya tahu tempe turun," ungkap Momo.
Momo menegaskan jika harga jual dinaikkan, para pegawai yang sempat diberhentikan bisa bekerja lagi. Namun hal tersebut harus berkoordinasi dengan pasokan kedelai.
Berita Rekomendasi
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.