NAM Flying School Sediakan Beasiswa Rp 400 Juta untuk Calon Pilot
Siswa yang membayar biaya pendidikan dengan beasiswa ikatan dinas, cukup menyediakan dana sebesar Rp 100 juta.
Editor: Domu D. Ambarita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Biaya sekolah calon pilot pada sekolah-sekolah penerbangan mencapai setengah miliar, Rp 500 juta. Nilai ini tentu sangat memberatkan calon siswa yang berasal dari keluarga ekonomi lemah.
Namun bagi anda yang bercita-cita menjadi pilot, persoalan biaya tidak menjadi pengganjal meraih cita-cita, karena Sriwijaya Air menggandeng Bank Internasional Indonesia menyediakan beasiswa ikatan dinas.
"Kami menyediakan beasiswa yang bekerja sama dengan BII. Misalnya dia beprotensi, tetapi dia tidak mampu secara ekonomi, maka kami carikan dana ke BII, lalu setelah lulus, bekerja kontrak atau ikatan dinas dengan Sriwijaya, selama 10 tahun. Selama itu, dia mencicil ke bank, cukup ringan," kata Direktur Utama Sriwijaya Air Chandra Lie saat menerima manajemen Tribunnews.com di kantor Sriwijaya Air di kawasan Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Kamis (24/10/2013) sore.
Siswa yang membayar biaya pendidikan dengan beasiswa ikatan dinas, cukup menyediakan dana sebesar Rp 100 juta atau sektiar 20 persen dari biaya pendidikan. Uang itu pun dapat dicicil beberapa kali selama pendidikan. Sisanya, Rp 400 juta dipinjami bank dan akan dibayar setelah siswa bekerja di Sriwijaya Air.
"Mengapa harus ada dana pribadi, karena kami benar-benar mencari orang yang serius, baik dari siswanya maupun dari orangtuanya," kata Chandra.
Sriwijaya Air bekerja sama dengan PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) melalui penyediaan fasilitas pinjaman berjangka untuk siswa NAM Flying School. NAM Flying School adalah sekolah pendidikan penerbang yang dimiliki oleh PT National Aviation Management (NAM), anak perusahaan Sriwijaya Air. NAM Fling School yang berbasis di bandara Depati Amir Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.
Setiap siswa harus mengeluarkan biaya lebih dari setengah miliar untuk penginapan dan makan di asrama, serta biaya pendidikan dan pelatihan selama 9-12 bulan. Siswa penerbang belajar teori sampai praktik latihan menerbangkan pesawat mulai dari simulator hingga pesawat terbang benaran.
Sekolah penerbangan milik Chandra Lie ini menawarkan kursus yang mendapatkan sertifikat private pilot license (PPL), Commercial Pilot License (CPL), instrument rating, flight instructur course dan foreign endorse license.
Sekolah penerbangan ini beroprasi pada tahun keempat. Saat ini, siswa yang mengikuti pendidikan telah mencapai penerimaan atau angkatan ke-7.
"Animo calon pilot tinggi sekali. Dari seluruh Indonesia, bahkan dari luar negeri, ada peminatnya," ujar Chandra.
Semula, peminat masih dilayani lulusan SMA dan sederajat. Namun dalam perjalanannya, untuk menghasilkan pilot yang matang secara emosional, NAM Flying School manaikkan syarat calon siswa, yakni lulusan sarjana.
"Untuk itu NAM Flying School meminta, siswanya harus S1, karena peminat terlalu banyak. Kenapa harus S1? karena kami ingin mendapatkan mereka yang matang secara emosi, dan punya analisis matang. Sedangkan kalau lulusan SMA, umurnya masih muda, dan kalau sudah lulus jadi pilot, dapat duit besar. Bayangkan gaji pilot bisa 50 juta sebulan. Ditakutkan karena dia masih labih, belum matang, nanti malah terjadi penyimpangan," kata Chandra.
Setiap masa penerimaan, NAM Flying School membatasi calon siswa hanya 30 orang. Satu tahun dua angkatan, atau dua kali penerimaan. Mereka berlatih menggunakan 8 pesawat, dan dua simulator. (Domu D Ambarita)