Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Gas Elpiji Naik Karena Pola Distribusi Berubah

Harga gas elpiji non-subsidi untuk tabung 12 kilogram dan 50 kilogram mengalami kenaikan.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Gas Elpiji Naik Karena Pola Distribusi Berubah
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Pekerja mengangkut tabung gas elpiji 12 kg di Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (14/6). Elpiji 12 kg di sejumlah wilayah langka. Kelangkaan tersebut akibat terhambatnya distribusi elpiji di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya beberapa hari lalu. Kekurangan pasokan elpiji 12 kilogram itu dimanfaatkan sebagian penyalur untuk mengambil untung dengan menaikkan harga elpiji nonsubsidi tersebut. Kompas/Heru Sri Kumoro (KUM) 14-06-2013 

TRIBUNNEWS BANDUNG,  - Harga gas elpiji non-subsidi untuk tabung 12 kilogram dan 50 kilogram mengalami kenaikan. PT Limas Raga Inti, Distributor Pertamina yang bertempat di Jalan Emong, mengumumkan harga baru untuk tabung 12 kg sebesar Rp 78.900 dari harga sebelumnya Rp 72.000, Selasa (3/12). Kenaikan ini terjadi karena ada perubahan pola distribusi yang ditetapkan Pertamina.

"Jadi sekarang pembebanan biaya transportasi dan filling fee, langsung ke SPPBE. Dulu kan kami bayar ke Pertamina saja. Itu membuat biaya bertambah," ujar Pinardi, manajer PT Limas Raga Inti saat ditemui di kantornya.

Pinardi menceritakan, sebelumnya pihaknya hanya perlu membayar sekali ke Pertamina jika hendak menebus elpiji. Besoknya, hanya perlu mengambil dari SPPBE, atau Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji.

"Kalau sekarang, kami tidak cukup bayar ke Pertamina saja. Kami bayar juga transportasi dan filling fee ke SPPBE," kata Pinardi. Untuk harga elpiji 50 kg, sebelumnya di angka Rp 665.000, kini Rp 671.500.

Kenaikan harga elpiji di satu kawasan, berbeda dengan kenaikan di kawasan lain, kata Pinardi. Hal ini tergantung dari jarak antara depot dan SPPBE yang otomatis membuat biaya transportasi dan filling fee harus disesuaikan. Di kawasan Bandung Raya dan sekitarnya, ada delapan SPPBE. Kedelapan SPPBE tersebut, berlokasi di Gedebage, dua di Soekarno-Hatta, Cipamokolan, Batujajar, Nagrek, Padalarang dan Cimahi.

Bagi Pinardi, perubahan ini tidak menyulitkan pihaknya, hanya saja tentu akan berdampak pada harga di pengecer. "Nah, itu jadi masalah. Kami sudah jual ke toko. Toko jual berapa, kami tidak bisa mengontrol. Harga tergantung kekuatan pasar di lokasi toko," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Didi (55) penjual gas elpiji eceran di Jalan Kebon Sirih, mengatakan dirinya sudah menjual tabung 12 kg di harga Rp 90.000 sejak Senin (2/12). Sebelumnya, ia jual dengan harga Rp 80.000. "Dari tempat yang biasa saya beli, udah naik Rp 83.500," katanya.

Karena harganya naik, Didi yang biasa mengisi 24 tabung, hanya mengisi 20 tabung saja. Ia juga khawatir akan merugi. "Belum ada yang mau beli. Jadi pada lari beli yang kecil," ujarnya. (bb)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas