PT Inalum Asahan Aluminium Sangat Peduli Kesejahteraan Karyawan
Bekerja di PT Inalum Asahan Aluminium ternyata sangat terjaga baik kesejahteraannya.
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Bekerja di PT Inalum Asahan Aluminium ternyata sangat terjaga baik kesejahteraannya. Selain gaji yang setiap tahun naik juga dapat performance insentif dan bonus hari raya lebaran serta bonus hari raya Natal. Kenaikan gaji pun sekitar 10 persen setahun.
Setidaknya itulah yang dilakukan pimpinan Inalum saat dipimpin, Mikio Mizuguchi, President PT Inalum Asahan Aluminium dalam wawancara khusus dengan Tribunnews.com, Rabu (11/12/2013) siang, di kantor Nippon Asahan Aluminium Co.Ltd (NAA) di daerah Kanda Tokyo.
Mizuguchi sudah seperti "bapak Inalum" yang merawat Inalum sejak berdiri hingga akhirnya diserahkan ke Indonesia Senin 9 Desember 2013, "Saya senang dikembalikan pada akhirnya ke Indonesia karena dalam keadaan baik, sangat menguntungkan sekali. Lain halnya kalau saat diserahkan Inalum merugi," paparnya.
Selain memperhatikan karyawan dan kesejahteraannya, pelatihannya sampai ke Jepang, Inalum di bawah Mizuguchi ternyata telah banyak membantu masyarakat sekitarnya termasuk saat tsunami di Aceh menyumbangkan satu miliar rupiah.
"Selain sumbangan saat tsunami, kita juga membuat sekolah-sekolah di sekitar pabrik, membuat gereja, membuat masjid, membuat rumah sakit, tentu saja memberikan beasiswa kepada para pelajar, membangun jembatan dan jalan-jalan raya di sekitarnya, semua itu uang Inalum," paparnya.
Lalu apa yang membuat sedih selama bekerja di Inalum belasan tahun? "Paling sedih saya saat air hujan tidak datang-datang sehingga Inalum kesulitan produksi dan juga saat krisis ekonomi sekitar tahun 1997. Namun mulai 2003 berarti selama 10 tahun terakhir ini sudah menguntungkan dan stabil berjalan dengan baik," tambahnya.
Kesulitan mendalam saat krisis finansial tahun 1997 diantisipasi dengan melakukan hedging fund karena transaksi pembayaran semua dalam mata uang asing yen dan dollar AS. Lalu di dalam perusahaan semakin ditingkatkan teknologinya dengan bantuan Toshiba dan Mitsubishi Electric sehingga biaya produksi dapat tertekan rendah tetapi menghasilkan produksi yang baik. Langkah ketiga dengan pengurangan jumlah tenaga kerja.
Dulu jumlah karyawan Inalum, termasuk yang kontrak ada 2.800 orang tetapi gara-gara krisis ekonomi tersebut semua yang kontrak tidak diperpanjang dan kini hanya 1800 orang karyawan tetap di sana, paparnya lagi.
Setelah dikembalikan apakah ada janji Indonesia untuk mengekspor aluminium ke Jepang? "Sama sekali tak ada janji dan kalau perusahaan Jepang mau beli aluminium ke Inalum harus negosiasi dari awal," paparnya.
Lalu bagaimana Jepang mengantisipasi kekurangan aluminium dalam negerinya? "Dengan membeli dari Australia, dan Timur Tengah. Indonesia sendiri tentu sangat membutuhkan aluminium dan bahkan sempat impor beberapa ton dari luar negeri karena merasa kekurangan. Jadi semua produksinya kami percaya akan dipakai di dalam negeri Indonesia," jelasnya lagi.
Pada hakekatnya Mizuguchi merasa puas dan lega setelah selesai menunaikan tugasnya di Inalum karena membawa Inalum sukses menguntungkan besar saat ini. Tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, sementara dia tetap karyawan Sumitomo Chemical sampai saat ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.