BPPT Tetapkan Tanjungpinang Jadi Pilot Project Teknologi BiTumMan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) menetapkan Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau sebagai pilot project revegetasi lahan pasca tambang bauksit dengan menggunakan teknologi BiTumMan (Biji Tumbuh Mandiri).
Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI, Ady Indra Pawennari dalam siaran persnya, Jumat (20/12/2013) mengungkapkan, penetapan Kota Tanjungpinang sebagai pilot project penerapan teknologi BiTumMan disepakati dalam sebuah pertemuan dengan Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungpinang dan para pengusaha tambang bauksit di Tanjungpinang, belum lama ini.
Hadir dalam pertemuan tersebut Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana – BPPT, Isman Justanto didampingi Perekayasa Utama BPPT, Agus Kristijono, Haswi Suwoto dan Nana Sudiana. Sedangkan Pemko Tanjungpinang diwakili Kepala Dinas Kehutanan, Pertanian, Perikanan, Kelautan dan Energi (KP2KE), Sumardi dan sejumlah pengusaha tambang bauksit yang beroperasi di Tanjungpinang.
Menurut Ady, pilot project penerapan teknologi BiTumMan dalam revegetasi lahan pasca tambang bauksit di Tanjungpinang merupakan tindaklanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kepala BPPT, Marzan A Iskandar dengan Ketua Umum AISKI, Efli Ramli tahun 2012 lalu terkait pemanfaatan sabut kelapa dalam penerapan teknologi BiTumMan.
“Insya Allah, tahun 2014 kita sepakati pilot project penerapan teknologi BiTumMan dalam revegetasi lahan pasca tambang bauksit di Tanjungpinang seluas 5 hektar. Kita hanya minta pengusaha tambang dan Pemko Tanjungpinang menyiapkan lahan. Sedangkan semua biaya dan material yang digunakan dalam pilot project ini ditanggung oleh BPPT dan AISKI,” jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana – BPPT, Isman Justanto dalam pemaparannya di hadapan para pengusaha tambang bauksit di Tanjungpinang, Kamis (19/12/2013), menjelaskan penggunaan teknologi BiTumMan yang merupakan hasil rekayasa serbuk sabut kelapa, mikoriza dan bakteri rizosfir sudah berhasil diujicoba di lahan pasca tambang batubara di Kalimantan Timur dan lahan pasca tambang nikel di Sulawesi Tenggara.
“Teknologi BiTumMan merupakan teknologi praktis, efisien dan biaya murah. Jika revegetasi dilakukan secara konvensional, maka lahan pasca tambang harus dilakukan land reforming menggunakan alat berat terlebih dahulu. Begitu juga saat penyiapan bibit harus menggunakan polybag dan butuh waktu hingga berbulan-bulan untuk mendapatkan bibit dengan tinggi tertentu. Dengan teknologi BiTumMan, semuanya ditiadakan,” katanya.
Keunggulan lain dari teknologi BiTumMan yang menggunakan material serbuk sabut kelapa adalah mampu menjaga tanaman muda dari ancaman kekeringan karena kekurangan air. Sebab, serbuk sabut kelapa memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan BPPT, serbuk sabut kelapa mampu menyimpan air 300 persen lebih dari berat bobotnya.
“Keunggulan lainnya, kita tidak perlu melakukan pemupukan. Sebab, pada saat revegetasi dilakukan, biji yang digunakan sudah dilapisi pupuk hayati, yakni perpaduan mikoriza dan bakteri rizosfir. Bakteri ini akan bekerja secara aktif menfasilitasi supply makanan bagi tanaman seumur hidup,” paparnya.