Pasokan Sayur Cianjur Berkurang 20 Persen
Curah hujan yang tinggi di wilayah Kabupaten Cianjur mengakibatkan hasil produksi sayuran khususnya di wilayah Cianjur utara mengalami penurunan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Curah hujan yang tinggi di wilayah Kabupaten Cianjur mengakibatkan hasil produksi sayuran khususnya di wilayah Cianjur utara mengalami penurunan. Akibatnya jumlah pengiriman sayuran andalan dari Cianjur utara itu berkurang.
Bandar sayur asal RT 1/10 Kampung Baros, Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Eris (29), mengatakan, pasokan sayur mulai berkurang sejak pertengahan Januari 2014. Jumlah sayur yang dikirimnya ke Pasar Kramatjati, DKI Jakarta setiap harinya itu berkurang.
"Biasanya mengirim 2 ton. Tapi sekarang berkurang 20 persen muatannya karena sayuran yang dipasok berkurang akibat panennya jelek di musim penghujan ini," kata Eris ketika ditemui Tribun di sub terminal agribisnis (STA) Pasar Lelang Cigombong, Jalan Raya Cianjur-Pacet, Kamis (27/2).
Akibat kekurangan pasokan sayur yang diperolehnya dari Kampung Buniaga, Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Eris pun kerap memarkir pikapnya. Pasalnya ia harus menunggu pasokan sayuran cina yang berasal dari luar wilayah Cianjur utara. Kondisi itu pun dialami bandar yang memasok sayuran dari wilayah Cianjur utara.
"Rugi sih tidak, cuma kalau cuacanya seperti ini (Curah hujan tinggi, Red) kami terpaksa sering menunggu pasokan sayur dari tempat lain untuk bisa mengirim sayuran ke Jakarta," ujar Eris.
Hal senada juga dikatakan Kordinator Pasar Lelang Cigombong, Fatah Hidayat (58), ketika ditemui Tribun, Kamis (27/2). Menurutnya, sejumlah komoditas sayuran didatangkan dari kota/kabupaten dari luar Cianjur bahkan Jawa Barat (Jabar).
"Kendala bagi bandar sayur juga dialami para petani, yakni pasokan sayuran menurun. Kualitas juga berkurang terutama tanaman daun-daunan yang rusak karena curah hujan tinggi. Untuk pedagang biasa sehari langsung bisa mengirim barang, kini harus mengambil dari luar Cianjur," ujar Fatah.
Adapun sayur dari luar Kabupaten Cianjur di antaranya wortel dari Lampung dan daun bawang dari Wonosobo. Sejumlah komoditas sayuran juga didatangkan dari Majalengka, Garut, dan kota/kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Cianjur itu penghasil sayur tapi suplayernya banyak dari luar juga kalau kondisinya seperti ini. Sebetulnya 60 persen sayuran yang dijual di Jakarta itu berasal dari Cianjur, tapi akibat curah hujan tinggi tinggal 30 persen saja," ujar Fatah.
Dikatakan Fatah, jika kondisinya stabil, pengiriman sayur dari Cianjur sebanyak 400 ton dari 120 jenis sayuran setiap harinya. Namun pengiriman sayuran dari Pasar Lelang Cigombong kini hanya sekitar 300 ton. Penurunan pengiriman sayur itu pun diiringi dengan meningkatnya harga sayur sebesar 25 persen.
"Bawang daun Rp 5 ribu per kilonya, wortel Rp 5500 per kilonya, kubis Rp 3 ribu per kilonya, pak coy Rp 2500 perkilonya, cabai merah kerting Rp 18 ribu per kilonya, cabai rawit merah Rp 26 ribu per kilonya. Hampir semua komoditas naik kecuali seledri Rp 1500 per kilonya," ujar Fatah.
Menurut Fatah, kemungkinan besar harga sayuran akan terus naik hingga musim penghujan berakhir. Pasalnya tak menutup kemungkinan pasokan dari luar Cianjur khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur ikut menurun akibat dampak dari abu Gunung Kelud.
"Dampaknya pasti konsumen juga turun karena harganya mahal ditambah kondisi sayur yang kurang baik lantaran banyak yang busuk di musim hujan ini. Belum lagi khususnya di Jakarta para pembeli malas keluar akibat macet," ujar Fatah. (cis)