Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Subsidi BBM Rp 300 Triliun Dinilai Memberatkan APBN

Permintaan akan pasokan energi pun otomatis ikut meningkat

zoom-in Subsidi BBM Rp 300 Triliun Dinilai Memberatkan APBN
Tribun Jabar/GANI KURNIAWAN
Anggota polisi naik truk tangki Pertamina untuk mengawal angkutan pendistribusian bahan bakar minyak (BBM) di Terminal BBM Ujungberung PT Pertamina, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Jumat (21/2/2014). Pengawalan tersebut untuk mengantisipasi adanya gangguan terkait aksi mogok kerja yang dilakukan puluhan sopir truk tangki Pertamina yang menuntut pembayaran upah lembur selama 6 tahun. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Destry Damayanti mengatakan, di masa mendatang sektor industri dan transportasi akan menjadi konsumen energi terbesar. Permintaan akan pasokan energi pun otomatis ikut meningkat.

"Kebutuhan energi sangat krusial untuk memelihara stabilitas makroekonomi. Kalau tidak ada kebijakan untuk menanggulangi masalah energi, kita akan jadi net importer," kata Destry di Jakarta, Jumat (21/3/2014).

Destry mengatakan, saat ini defisit neraca perdagangan dari sisi migas terbilang besar, bahkan besaran defisit pada tahun 2013 lebih besar dibandingkan defisit tahun 2012. Padahal sebelumnya, neraca perdagangan sektor migas selalu surplus.

"Ini yang menyebabkan defisit transaksi berjalan dan ketidakstabilan makro ekonomi. Dengan demikian, anggaran belanja pemerintah pun juga ikut naik karena kebutuhan energi, khususnya minyak yang masih sangat besar," ujar dia.

Lebih lanjut, Destry berpendapat subsidi BBM sebesar Rp 300 triliun sangat berat untuk APBN. Ia membandingkan persentase APBN untuk infrastruktur hanya 13 persen, sementara untuk subsidi BBM sebesar 18 persen.  "Ini kan tidak efisien secara ekonomi," kata dia.

Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Januari 2014 mencatat defisit sebesar 0,43 miliar dollar AS disebabkan defisit sektor migas yang besar. Defisit nilai perdagangan Indonesia lebih disebabkan besarnya defisit sektor migas, yaitu 1,06 miliar dollar AS. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Berita Rekomendasi
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas