Tumpang Tindih Kebijakan Pemerintah Hambat Pertumbuhan Ekonomi
Kebijakan pemerintah yang saling tumpang tindih, menjadi penghambat serius dari geliat ekonomi nasional.
Penulis: Hendra Gunawan
Apalagi, kata Syahrial, berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa masing-masing ruas Jalan Tol Trans Sumatera menunjukkan FIRR (Financial Internal Rate of Return) yang sangat rendah. Sehingga secara finansial belum layak untuk dibangun, meskipun secara ekonomi sudah layak. Jadi jika jalan tol itu akan dibangun, sangat diperlukan dukungan pemerintah untuk pengusahaan Jalan Tol Trans Sumatera.
Dampak JTTS
Syahrial menjelaskan, terdapat beberapa dampak penting dari pembangunan JTTS. Pertama, mempercepat arus distribusi barang dan jasa antar wilayah di Sumatera dan ke Pulau Jawa. Sehingga terjadi pergeseran populasi dan pola bisnis yang semakin meluas.
Kedua, terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera. Pasalnya, saat ini jalan yang ada di wilayah Sumatera sangat tidak memadai dan overkapasitas sehingga menyedot biaya ekonomi yang sangat tinggi. Itu sebab, pembangunan JTTS sangat mendesak diwujudkan, yang diperkirakan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,12% hingga 1,03%.
Ketiga, terciptanya lapangan kerja secara signifikan sebanyak 68 ribu – 97 ribu pekerja, diluar tenaga kerja selama konstruksi proyek jalan tol itu. Keempat, meningkatkan kontribusi penerimaan pajak negara. Kelima, mempermudah pengembangan pembangunan daerah sekitar JTTS.
“Dan terakhir, dampaknya adalah meningkatkan nilai properti dan potensi pengembangan perumahan di sekitar JTTS tersebut. Intinya, pemerintah harus menuntaskan perpres-nya segera sehingga semua rencana dan angan-angan pemerintah untuk memiliki jalan tol trans Sumatera, terwujud. Ayo pemerintah, jangan lagi sekedar mengkhayal. Mari wujudkan segera!” tutup Syahrial.
Sebagaimana diketahui, proyek JTTS akan dibangun secara bertahap. Untuk tahap pertama akan dibangun empat ruas jalan, yang diperkirakan bakal menelan biaya Rp 31,5 triliun. Bila selesai, jalan tol itu akan menghubungkan Aceh hingga Lampung, dengan panjang 2.771 kilometer. Terdiri dari 23 ruas, jalan bebas hambatan itu direncanakan bisa selesai pada 2025. Sebagai pelaksana proyek jalan bebas hambatan itu, ditunjuk PT Hutama Karya.
Jalan Tol Trans Sumatera adalah sebuah jalan yang diproyeksikan sebagai bagian dari Asian Highway Network. Jalan ini akan jadi nadi penghubung di kawasan Asia Tenggara. Proyek tersebut sudah masuk dalam Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC).