Rothschild & Bakrie Perang di Twitter
Nathaniel Rothschild dan salah seorang anggota keluarga Bakrie, terlibat pertengkaran sengit via Twitter.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Nathaniel Rothschild dan salah seorang anggota keluarga Bakrie, terlibat pertengkaran sengit via Twitter.
Padahal, mereka baru saja menyelesaikan perceraian atas kerjasama investasi batubara yang sudah berlangsung selama tiga tahun senilai 501 juta dolar AS.
Pertengkaran di arena publik tersebut terjadi lewat beberapa pesan kemarin (25/3) antara Rothschild (pewaris dinasti perbankan Inggris) dan Aga Bakrie (salah satu anak dari tiga kakak beradik keluarga Bakrie).
Adu mulut lewat Twitter itu bermula ketika Grup Bakrie mengumumkan bahwa proses transaksi pemisahan investasi (separation transaction) dengan Asia Resource Minerals Plc (ARM) yang telah berjalan sekitar 13 bulan akhirnya selesai dengan happy ending bagi grup usaha kontroversial tersebut.
Berdasarkan pernyataan di situs resmi ARM, Selasa (25/3), Nick von Schirnding, Chief Executive Officer ARM menuturkan, dua transaksi yang merupakan bagian dari separation telah resmi efektif.
Rothschild kemudian mengucapkan terima kasih kepada Bakrie karena sudah membeli kembali aset-aset batubara yang digambarkannya sebagai aset yang tidak berharga (worthless).
Menanggapi hal itu, Aga, anak dari Nirwan Bakrie dan juga merupakan executive vice president Bakrie Capital Indonesia, menjawab bahwa Indonesia merupakan surga investasi yang menakjubkan. Dalam tweet yang lain, mereka mendeskripsikan satu sama lain sebagai orang dungu (dumb).
Aksi sahut-menyahut di Twitter land ini bukan kali pertama yang dilakukan kedua pihak. Keduanya memang sering bertukar serangan. Pihak Bakrie, misalnya, sering menggambarkan Rothschild sebagai sebuah kekecewaan (dissapointment).
Sementara, pada Juli tahun lalu, Rothschild menyebut bahwa kesepakatan Grup Bakrie untuk menarik diri dari Asia Resource Minerals diatur sendiri oleh Grup Bakrie dan Samin Tan.
Hubungan antara Rothschild dan keluarga Bakrie memang semakin memburuk setelah investasi join venture keduanya dengan mendirikan Bumi Plc tidak berjalan mulus.