Penjualan Rokok Turun, PHK Karyawan tak Terhindari
Penutupan pabrik SKT akan berdampak dua hal. Pertama, konsumsi tembakau lokal yang akan berkurang
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tak hanya HM Sampoerna, penurunan penjualan Sigaret Kretek Tangan (SKT) juga diakui Gabungan Asosiasi Pengusaha Rokok Indonesia (GAPRI).
“Tren SKT di Indonesia terus menurun di lima tahun terakhir,” kata Hasan Aony Aziz, Sekjen GAPRI, Minggu (18/5/2014).
Penutupan pabrik SKT akan berdampak dua hal. Pertama, konsumsi tembakau lokal yang akan berkurang. Kedua, peluang pekerjaan yang makin sedikit, terutama bagi para tenaga kerja yang berada di daerah.
Menurut Hasan, peluang pekerjaan adalah faktor yang sangat penting. “Karena proses rokok SKT itu mulai dari pertama sampai akhir menggunakan tangan manusia.” kata dia.
Kemarin, PT HM Sampoerna memutuskan menutup dua dari tujuh pabrik SKT miliknya. Dampaknya, sebanyak 4.900 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Perusahaan mengatakan, penyebab utamanya adalah penurunan permintaan SKT sejak tahun 2009. Dalam rilisnya, Sampoerna mengatakan, ini adalah imbas referensi perokok dewasa dari SKT ke SKM (sigaret kretek mesin).
Pada tahun lalu, penurunan produk rokok SKT Sampoerna mengalami penurunan sebesar 13%. Dimana jumlah tersebut merupakan penurunan yang sangat besar dan tak pernah terjadi sebelumnya oleh Sampoerna.
Tak hanya di tahun lalu saja, pada kuartal I-2014 juga mengalami hal yang sama. Sampoerna menyebutkan pada tiga bulan pertama ini tercatat pangsa pasar di segmen SKT turun sebesar 2,9 poin menjadi 8,3%. Berdasarkan hal tersebutlah Sampoerna menilai keputusan penutupan pabrik adalah keputusan yang tepat. (Sinar Putri S.Utami)