Berharap Pada Meningkatnya Layanan Telekomunikasi Saat Ramadan
Maklum, masyarakat Indonesia biasanya menggunakan short message service (SMS), telepon atau layanan data
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Saat Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri, pemakaian layanan telekomunikasi semakin meningkat. Maklum, masyarakat Indonesia biasanya menggunakan short message service (SMS), telepon atau layanan data ketika menjalin bersilaturahmi.
Analis Batavia Prosperindo Sekuritas Arandi Nugraha mengatakan, pemakaian telekomunikasi memang meningkat saat Ramadan, Hari Raya Idul Fitri, dan tahun baru. "Tidak hanya konvensional, seperti SMS dan telepon, yang meningkat, tetapi juga pemakaian data," kata dia.
Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan, pendapatan sektor telekomunikasi di bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri bisa meningkat 10% hingga 15%. Biasanya, operator juga meningkatkan kapasitas jaringan untuk memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi, khususnya pada saat mudik. "Ada tambahan kapasitas jaringan di jalur mudik," kata Kiswoyo.
Penambahan kapasitas jaringan ini tentu menambah biaya baru. "Penambahan ini hanya dilakukan sementara pada saat lebaran, Natal, dan tahun baru," ungkap Kiswoyo. Sehingga, menurut dia, tidak akan mengganggu neraca keuangan.
Secara keseluruhan, Kiswoyo menilai, sektor telekomunikasi merupakan sunset industry. Ruang untuk menambah pelanggan di dalam negeri semakin sempit. Sebab, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memiliki lebih dari satu telepon seluler. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pendapatan hanya terjadi secara musiman, seperti pada saat lebaran dan tahun baru.
Persaingan tarif
Apalagi, persaingan harga perusahaan telekomunikasi masih terjadi. Tak hanya perusahaan besar, perusahaan kecil juga ikut terutama di bisnis data. Salah satu harapan bagi sektor telekomunikasi, menurut Kiswoyo, adalah bisnis penyewaan satelit. "Itu pun tidak semua operator memiliki satelit yang bisa disewakan," ujar dia.
Namun, analis Indo Premier Securities Chandra Pasaribu, dalam riset 3 April 2014, menilai, persaingan tarif data, suara, dan SMS mulai berkurang. Ini tampak dari kinerja kuartal IV-2013, pendapatan rata-rata per pelanggan atau average revenue per user (ARPU) suara dan SMS relatif stabil. Ini menjadi bukti berkurangnya persaingan.
Chandra menilai, konsolidasi yang terjadi antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Axis Telekom Indonesia juga berdampak pada berkurangnya persaingan bisnis. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT), yang menghentikan bisnis CDMA dan fokus pada GSM, juga menurunkan kompetisi.
Namun, menurut Analis JP Morgan James R. Sullivan, dalam riset 26 Mei 2014, perusahaan telekomunikasi masih dibebani dengan biaya belanja modal yang tinggi. Akibatnya, margin perusahaan telekomunikasi kian menyusut. Kondisi tersebut bisa berubah jika jumlah pemakaian data lebih tinggi daripada pemakaian suara atau setidaknya sama. Dengan kondisi ini barulah sektor telekomunikasi menjadi menarik.
Chandra memberikan rating neutral terhadap sektor telekomunikasi. Kiswoyo memprediksikan, pendapatan sektor telekomunikasi hanya tumbuh 5%-10%. (Wuwun Nafsiah)