Subsidi Sangat Besar, Pemerintah Memang Harus Menaikkan Harga BBM
Salah satu tantangannya adalah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Citi Country Officer Indonesia Tigor M Siahaan menyatakan, ada beberapa tantangan yang harus segera dijawab oleh pemerintahan baru yang akan mulai bekerja pada 21 Oktober 2014 mendatang. Salah satu tantangannya adalah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Pemerintah harus menaikkan harga BBM. Subsidi BBM yang ada sekarang sangat besar," kata Tigor saat menjadi pembicara dalam Jakarta Foreign Correspondent Club, Rabu (27/8/2014).
Menurut Tigor, harga BBM mutlak harus dinaikkan oleh pemerintah. Sebab, ia melihat kalangan masyarakat yang terlihat sebagai pihak yang merasakan BBM bersubsidi ternyata malah membeli BBM non subsidi. Oleh karena itu, ia tidak melihat ada urgensi untuk menahan menaikkan harga BBM.
"Kita misalnya ke Shell saja, saya tanya petugasnya, ternyata kebanyakan yang isi (bensin) disana adalah motor. Motor mulai banyak yang ke BBM non subsidi. Saya rasa memang perlu melakukan itu (menaikkan harga BBM. Karena orang-orang yang kita kira perlu ternyata mereka banyak yang ke Shell," ujar Tigor.
Lebih lanjut, Tigor mengungkapkan seharusnya harga BBM dinaikkan sejak lama. Ia pun tidak peduli pemerintahan mana yang mengetok palu menaikkan harga BBM, namun kenaikan tersebut dinilainya harus dilakukan tahun ini.
"Harus dinaikkan kemarin. Sebenarnya secara ekonominya, it doesn't matter pemerintahan mana (inkumben atau baru), yang penting naik. Harus lakukan itu, tidak bisa dihindari dan ini keputusan politik. Tapi apakah pemerintahan SBY atau yang baru, it has to be done this year," jelasnya.
Tigor menyebut, besaran subsidi BBM yang ada saat ini sangat besar. "Bandara Kuala Namu di Medan memerlukan biaya pembangunan 600 juta dollar AS. Itu berarti sama dengan 6 hari subsidi BBM," kata dia.(Sakina Rakhma Diah Setiawan)