Menteri Koperasi dan UKM Perkenalkan Sofa Sabut Kelapa di Bintan
Syarief Hasan, juga meminta agar industri sabut kelapa Indonesia meniru keberhasilan India dalam mengembangkan produk inovatif
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Syarief Hasan didampingi Ketua Umum Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Efli Ramli memperkenalkan produk inovatif sofa berbahan serat sabut kelapa (coco fiber) di Gedung Dekranasda, Desa Teluk Bakau, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, akhir pekan lalu.
Sofa berbahan serat sabut kelapa itu diproduksi oleh Koperasi Topsel Wanita Mandiri di Desa Toapaya Selatan, Kecamatan Toapaya, Kepulauan Riau sejak dua tahun lalu. Namun, keberadaannya baru diperkenalkan secara luas ke publik Kepulauan Riau bersamaan dengan kunjungan Menteri Koperasi dan UKM ke Bintan.
“Kualitas sofanya sudah bagus. Tolong agar mutu dan kualitasnya terus ditingkatkan,” pesan Menteri Koperasi dan UKM, Syarief Hasan sebagaimana disampaikan Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI, Ady Indra Pawennari dalam siaran persnya yang diterima Tribunnews.com, Minggu, (14/9/2014).
Dalam sambutannya, Syarief Hasan, juga meminta agar industri sabut kelapa Indonesia meniru keberhasilan India dalam mengembangkan produk inovatif berbahan sabut kelapa. “India itu bagus produk sabut kelapanya,” ujarnya.
Kepala Bidang Produktivitas, Asisten Deputi Urusan Produktivitas dan Mutu Kementerian Koperasi dan UKM, Rahmadi yang hadir mendampingi Menteri Koperasi dan UKM, Syarief Hasan menambahkan, Kementerian Koperasi dan UKM telah mengalokasikan anggaran bantuan peralatan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu produk koperasi dan UKM yang berbasis pemanfaatan sabut kelapa.
“Insya Allah, tahun ini kita sudah anggarkan bantuan peralatan untuk lima koperasi yang berbasis pemanfaatan sabut kelapa senilai Rp. 100 juta. Salah satunya Koperasi Topsel Wanita Mandiri di Bintan yang memproduksi sofa berbahan serat sabut kelapa,” katanya.
Hemat Anggaran
Ketua Umum AISKI, Efli Ramli mengatakan, penggunaan serat sabut kelapa pada pembuatan sofa ini, bisa mengurangi pemakaian busa dan bahan sintetis lainnya sekitar 80 persen. Jika setiap satu set sofa menggunakan busa sebanyak 10 lembar dengan harga Rp. 40 ribu per lembar, maka dengan menambahkan serat sabut kelapa di dalamnya sebanyak 10 kilogram dengan harga Rp4.500 per kilogram, maka penggunaan busa cukup 2 lembar saja.
“Secara ekonomis, penggunaan serat sabut kelapa untuk pembuatan sofa ini cukup menguntungkan. Selain memberi nilai tambah bagi petani kelapa, kita juga bisa mengurangi ketergantungan pada impor busa dan bahan sintetis lainnya,” ujar Efli.
Menurut Efli, sofa sabut kelapa merupakan solusi bagi pemerintahan Jokowi – JK untuk menghemat penggunaan anggaran negara dalam pengadaan barang meubeler di jasa instansi pemerintah. Selain harganya murah dan bisa menghemat penggunaan anggaran negara dan daerah, sofa sabut kelapa ini merupakan produk berbahan alami yang ramah lingkungan.
“Anda bisa bayangkan, berapa banyak anggaran negara yang bisa dihemat jika setiap pengadaan sofa di instansi pemerintah menggunakan sofa berbahan serat sabut kelapa? Jika harga sofa berbahan busa Rp. 6 juta per set, maka sofa sabut kelapa ini bisa dibeli dengan harga Rp. 2,5 – Rp. 3 juta,” bebernya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.