Dirut BNI: Merger Bank BUMN Tidak Mendesak
penggabungan bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, bukan suatu yang mendesak
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Gatot M Suwondo menilai penggabungan bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, bukan suatu yang mendesak dan harus dilaksanakan.
Sebab, Gatot menilai perekonomian Indonesia masih dalam kondisi baik. Terlebih, BNI saat ini memiliki kekuatan modal dan aset yang cukup besar, sehingga mampu menghadapi MEA walaupun tidak digabungkan oleh bank BUMN lainnya.
"Masalah merger atau akuisisi baru akan efektif kalau kita dalam keadaan krisis ekonomi di mana semua perbankan cost-nya lost. Tapi selama ekonomi ini baik, fundamentalnya baik, merger bukan hal yang mendesak," kata Gato di gedung BNI, Jakarta, Kamis (30/10/2014).
Sebelumnya Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) mengusulkan agar pemerintah melalui Kementerian BUMN untuk segera menyiapkan dua rencana megamarger bank BUMN, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi BNI-Mandiri.
Dalam menghadapi MEA, kata Gatot, BNI tidak tinggal diam saja. Tetapi juga melakukan pengembangan anak usaha seperti asuransi, multi finance, bank syariah dan lainnya. Selain itu, BNI pun melakukan kerjasama dengan bank asing yakni dengan bank asal Jepang, Mizuho dan Sumitomo. "Kita harus bekerjasama dengan asing karena tantangan kita memang global," ucapnya.