Ini yang Diinginkan Serikat Pekerja Pertamina untuk Calon Pengganti Karen
FSPPB mengambil sikap untuk menolak semua mantan direksi Pertamina yang ingin menjadi Direktur Utama PT Pertamina
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) mengambil sikap untuk menolak semua mantan direksi Pertamina yang ingin menjadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero).
Ugan Gandar, Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu, menilai para mantan direksi pernah diberi kesempatan memimpin namun gagal. "Sudah keluar dari direksi, yang mantan-mantan direksi kami menolak. Karena saya menganggap mereka tidak berhasil," ujar Ugan, Rabu (5/11/2014).
Ugan mengungkapkan hal yang diinginkan para pekerja adalah bekerja dengan tenang, dibawah pimpinan direksi yang jujur, bersih, dan adil memajukan perseroan. Jika Pertamina dipimpin oleh mantan direksi, Ugan menilai suasana kerja tidak akan baik.
"Situasi tidak akan kondusif, kapan kita mau fokus bekerja. Jangan dianggap orang federasi kerjanya amburadul," ungkap Ugan.
Ugan memaparkan bahwa ada beberapa nama yang sudah ditolak oleh Serikat Pekerja seperti Ahmad Faisal, Frederich Siahaan, dan mantan Direktur Utama Pertamina Ari Soemarno. Ugan berharap mereka tidak ikut campur urusan perseroan dan kembali ke bisnis mereka masing-masing.
"Ada yang namanya Faisal dan Frederich, tidak usahlah mereka fokus di bisnis mereka. Termasuk pak Ari, dia kan sudah selesai jadi direksi masa mau gabung lagi," tegas Ugan.
Dari data yang dihimpun tribunnews.com muncul dua nama kandidat kuat PT Pertamina yakni Ahmad Faisal dan Karyuliano. Faisal merupakan mantan Direktur Niaga Pertamina era Ari Soemarno, kakak dari Rini Soemarno. Sedangkan Hari Karyuliano saat merupakan Direktur Gas Pertamina.
Sumber tribun menyebutkan Achmad Faisal diketahui banyak memberikan fasilitas dan konsesi terkait proyek konversi konsumsi minyak tanah ke gas elpiji tabung 3 kg era kepemimpinan SBY-JK. Proyek tersebut diluncurkan mantan Wapres JK pada 2007-2009. Publik banyak mengetahui, proyek ini banyak dipegang oleh lingkaran Jusuf Kalla.