Prospek Pembiayaan Alat Berat Masih Belum Beranjak dari Penurunan
Meski tahun akan berganti, prospek pembiayaan alat berat tampaknya masih belum beranjak dari penurunan.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA. Meski tahun akan berganti, prospek pembiayaan alat berat tampaknya masih belum beranjak dari penurunan. Harga komoditas pertambangan yang masih di level bawah menjadi salah satu penyebab.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno memperkirakan, harga berbagai komoditas, terutama hasil pertambangan belum bisa bangkit sampai pertengahan tahun depan. Alhasil, permintaan alat berat pun bakal tetap tiarap.
Suwandi memprediksi, penyaluran pembiayaan alat berat tahun depan, akan turun sekitar 10% dari tahun ini. "Sepertinya penurunan di alat berat akan terus berlanjut," Suwandi, pekan lalu.
Karena itu, multifinance yang fokus di pembiayaan alat berat pun diperkirakan bakal makin berupaya untuk mendiversifikasi bisnis. Baik itu mulai membuka segmen pembiayaan baru ataupun memperluas segmen pembiayaan alat berat ke pasar-pasar yang belum dimaksmalkan.
Menurut Suwandi, salah satu pasar alat berat yang kian digarap lebih serius oleh industri sejak awal tahun ini adalah segmen konstruksi. Di tahun depan, upaya penetrasi ke segmen ini sepertinya akan makin besar. "Sebagian besar lari ke arah situ," ungkap dia.
Tapi, alat berat konstruksi yang menggeliat belum bisa menggantikan kontribusi industri pertambangan. Sektor ini masih melanjutkan tradisi sebagai penopang permintaan alat berat. Tak heran, sampai akhir tahun ini, pembiayaan alat berat diperkirakan bakal melorot antara 15% sampai 20% dibanding tahun lalu.
Beberapa multifinance berencana memperbesar pasar pembiayaan berat ke sektor-sektor non pertambangan. Diantaranya adalah Buana Finance yang mengincar segmen konstruksi dan perkebunan. "Kami juga lihat potensi untuk memperbesar pembiayaan mesin," kata Direktur Buana FInance Herman Lesmana.
Sampai kuartal ketiga tahun ini, pelemahan permintaan alat berat dari segmen pertambangan menyebabkan kinerja Buana Finance menurun. Booking baru sampai September turun sekitar 10% menjadi sekitar Rp 1,7 triliun.
BFI Finance juga mencatatkan penurunan di bisnis pembiayaan alat berat. Hingga kuartal ketiga, porsi pembiayaan alat berat menurun dari 12% menjadi 9% dari periode yang sama tahun lalu.
Untungnya, bisnis BFI tertolong pembiayaan konsumer terutama di segmen mobil seken. Sehingga pendapatan mereka masih terdorong 21% menjadi Rp 1,6 triliun.(KONTAN/ Tendi Mahadi )