Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengamat: Komite Reformasi Tata Kelola Migas Hanya 'Lip Service' Rezim Jokowi-JK

Lebih ekstrem, hal itu dinilai sebagai langkah taktis memuluskan rencana jahat menyerahkan pengelolaan aset-aset strategis negara kepada pihak asing.

Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Rendy Sadikin
zoom-in Pengamat: Komite Reformasi Tata Kelola Migas Hanya 'Lip Service' Rezim Jokowi-JK
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN (SET)
Dwi Sucipto Jadi Dirut Pertamina - Menteri BUMN, Rini M Soemarno (kiri), didampingi Menteri ESDM, Sudirman Said (kanan), saat mengumumkan penunjukkan Dwi Sucipto (tengah) sebagai Direktur Utama PT Pertamina di Kantor Kementerian BUMN di Jakarta, Jumat (28/11/2014). Dwi Sucipto yang sebelumnya menjabat Direktur Utama PT Semen Indonesia akan mengisi jabatan Dirut Pertamina periode 2014-2019. Dwi akan dibantu jajaran direksi baru yang juga diumumkan yaitu: Arif Budiman, Ahmad Bambang, dan Yeny Handayani. Kompas/Iwan Setiyawan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah aktivis dan pemerhati energi memandang penunjukan Dwi Sutjipto sebagai Dirut PT Pertamina (Persero) merupakan langkah blunder pemerintah.

Lebih ekstrem, hal itu dinilai sebagai langkah taktis memuluskan rencana jahat menyerahkan pengelolaan aset-aset strategis negara kepada pihak asing.

Begitu disampaikan pengamat dari Institut Ekonomi Politik Soekarno-Hatta (IEPSH) M Hatta Taliwang.

Menurutnya, pemilihan Dwi Soetjipto sebagai Direktur Utama Pertamina sudah dalam desain yang arahnya meliberalisasi pengelolaan energi nasional.

Penunjukan ini pun memperkuat anggapan bahwa keberadaan Ketua Komite Reformasi Tata Kelola Migas (KRTKM) yang diketuai Faisal Basri hanyalah tameng mengelabui kebijakan-kebijakan yang sudah diskenario pemerintah Jokowi-JK.

"Dari awal saya katakan, pembentukan Ketua Komite Reformasi Tata Kelola Migas (KRTKM) hanyalah lip service rezim ini saja. Itu LSM enggak jelas," kata Hatta Taliwang kepada dimintai pendapatnya melalui telepon, Minggu (30/11/2014).

Hatta mengatakan KRTKM merupakan lembaga semu yang tak akan mampu menghadapi mafia migas.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, Dahlan Iskan selama menjabat menteri BUMN pun tak sanggup memberantas mafia migas, apalagi Faisal Basri yang tak punya track record lebih baik.

"Emangnya Faisal Basri punya track record luar biasa apa? Coba cek apa prestasinya selagi menjadi ketua KPPU. Tidak hebatkah," kata Hatta.

Dalam kondisi ini, Hatta semakin pesimistis pemberantasan mafia migas dapat berjalan baik.

Apalagi, kata dia, ditambah dengan penunjukan Dwi Soetjipto sebagai dirut PT Pertamina yang sama sekali tidak memiliki rekam jejak mumpuni mengelola sektor energi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas