Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengangguran Paling Banyak Berusia 17 Tahun

Ade Sudrajat mengatakan kondisi sumber daya manusia di dalam negeri masih mengalami keterpurukan karena masih banyak pengangguran.

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
zoom-in Pengangguran Paling Banyak Berusia 17 Tahun
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Transaksi: Sejumlah remaja putri lakukan transaksi pada pameran UKM di di area gedung Lawang Sewu, kawasan Tugu Muda, Kota Semarang, Jateng, Jumat (21/6/2013). bursa kerja dan pameran produk UKM di bangunan cagar budaya ini guna penanggulangan pengangguran dan pemberdayaan produk kerajinan lokal di Jawa Tengah. Acara tersebut diselenggarakan hingga 22 Juni 2013. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan kondisi sumber daya manusia di dalam negeri masih mengalami keterpurukan karena masih banyak pengangguran.

Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), usia pengangguran paling banyak berumur 17 tahun. Ade berharap ada perubahan UU ketenagakerjaan, agar mengizinkan anak remaja berumur 17 tahun bisa bekerja.

"Karena tingkat pengangguran 17 tahun banyak, karena kalau kita tidak selaras dengan UU pembeli nggak akan order," ujar Ade di kantor pusat BKPM, Senin (22/12/2014).

Ade memaparkan bahwa usia paling muda untuk bekerja berumur 18 tahun. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang pengangguran kebanyakan lulusan tingkat SMP.

"Jumlah tenaga penganggur adalah lulusan SMP, tapi sayang kita nggak bisa pekerjakan mereka," jelas Ade.

Ade memaparkan dalam padat karya, tidak membutuhkan tenaga ahli tingkat tinggi. Ade memberi contoh pelatihan garmen jahit menjahit itu 3 in 1 dilatih dan langsung bisa ditempatkan dengan syarat umur 18 tahun.

"Pelatihan ini sangat diperlukan untuk industri padat karya," kata Ade.

Berita Rekomendasi

Pengusaha mengusulkan pendidikan dibebaskan di SMK. Sedangkan bangku SMA untuk masyarakat yang punya kemampuan ekonomi yang cukup. "Sehingga banyak yang memiliki keahlian bekerja. Bonus demografi kalau tidak diisi dengan keahlian yg mumpuni sia-sia," papar Ade.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas