Menteri Kehutanan dan Rektor Undana Mau Wujudkan Kedaulatan Pangan Daging Sapi
Targetnya untuk mengembalikan NTT sebagai lumbung ternak Indonesia dan untuk mengembalikan kualitas bakalan sapi
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Rektor Universitas Nusa Cendana Prof Fred Benu bersama Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR RI Victor B Laiskodat dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, membahas program kedaulatan pangan daging sapi dan untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi lumbung ternak.
"Ini merupakan tindak lanjut kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke NTT beberapa waktu lalu," kata Victor Laiskodat dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Senin (12/1/2015).
Pertemuan yang juga dihadiri tim Universitas Nusa Cendana Prof Dr Henny Belli, Dr Marthe Mulli, dan Dr Michael Riwokaho itu melibatkan Menteri LHK Siti Nurbaya, karena dalam program tersebut sangat terkait dengan ketersediaan lahan untuk grazeland atau lahan penggembalaan seluas minimal 50.000 hektar yang merupakan kawasan KPH Mutis Timau.
"Targetnya untuk mengembalikan NTT sebagai lumbung ternak Indonesia dan untuk mengembalikan kualitas bakalan sapi seperti sedia kala, dimana saat ini kualitas bakalan sapi kita di NTT sudah sangat menurun," kata Profesor Fred Benu.
Oleh karena itu menurutnya, upaya penyiapan ketersediaan daging sebagai konsumsi terutama juga akan diiringi dengan program-program breeding sapi.
Sementara itu, Menteri LHK Siti Nurbaya, menyambut baik gagasan besar Universitas Cendana yang sejalan dengan kebijakan prioritas Presiden.
Lebih lanjut diberikan oleh menteri gambaran langkah-langkah dalam mewujudkan gagasan ini, yaitu dengan melibatkan Gubernur dan Bupati/Walikota serta Menteri Pertanian.
"Untuk IUPKH KPH Mutis Timau bisa diselesaikan sesuai aturan dan terutama dengan konsep keterlibatan masyarakat. Karena, konsep kerjanya secara mendasar sesuai arahan Presiden adalah bahwa hutan untuk kesejahteraan rakyat. Kita akan bahas lanjut di kantor kementerian nanti dengan melibatkan beberapa Dirjen termasuk Dirjen Peternakan," kata Siti.
Paparan rektor yang menunjukkan produk majemuk dari usaha yang disebut silvopastur tersebut meliputi, sapi sebanyak 500 ribu ekor, sapi jantan 52 ribu ekor pertahun sebagai bibit unggul, daging 6.200 ton/tahun, kayu, pangan palawija, madu hutan, pupuk organik dan biogas.
Lebih lanjut Menteri Siti menekankan bahwa usaha ini dapat dilakukan dalam langkah yang sistimatis mulai dari data awal atau base line data, perekaman pertumbuhan vegetasi dan konsistensi menjaga tanaman dan riap serta proses pengembangan biogas untuk memanfaatkan gas methan dari kotoran ternak menjadi energi untuk masyarakat sekitar.
"Hal ini penting sebagai upaya menahan Carbon ke atmosfir. Ini sekaligus merupakan langkah pelembagaan dan internalisasi pemahaman masyarakat secara sederhana mengenai agenda pengendalian perubahan iklim," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.