Peluang Usaha: Jemput Laba dengan Butik Berjalan
Dua pria lulusan dari Purdue University di Amerika Serikat (AS) ini membangun butik berjalan yang diberi nama Ellsworth.
Editor: Hendra Gunawan
Konsep matang
Sejatinya, bisnis mobile boutique ini hampir serupa dengan bisnis pakaian yang dijual di gerai menetap, seperti di mal atau pusat belanja. Hanya, dengan menggunakan truk, mereka terlihat lebih efisien, baik dalam hal biaya maupun daya jangkau konsumennya.
Dengan butik berjalan ini, Alvin memang ingin mencoba memangkas biaya, khususnya distribusi. Tengok saja, penjualan pakaian secara tradisional, dari produksi berlanjut pada pengiriman ke toko-toko. “Kalau kami, dari pabrik langsung ke konsumen, makanya harga cukup kompetitif,” ujar dia.
Dengan bertemu pembeli secara langsung, mereka pun bisa mendapat banyak umpan balik (feedback) konsumen. “Dari muter-muter itu, kami banyak mendapat masukan dari konsumen. Bukan soal model saja, tapi juga media promosi dan lainnya,” kata Alvin.
Cara berjualan dengan konsep ini juga memungkinkan mereka untuk menyasar target pasar yang diinginkan. “Tak hanya di mal, kami bisa berjualan di perkantoran dan apartemen juga. Jadi, kami benar muter-muter,” ujar Nicholas.
Sejauh ini, dengan satu truknya, Ellsworth sudah beredar di tujuh spot jualan di Jakarta dan sekitarnya: FX, Mal Alam Sutera, Living World, Central Park, Menara Standard Chartered, dan Plaza Semanggi.
Alvin bilang, untuk merintis bisnis ini dia menggelontorkan dana hingga Rp 700 juta. Sebagian besar modal ditelan untuk pembangunan truk. Sebab, hampir semua ruang dalam truk itu digunakan, sehingga menyerupai butik-butik yang menetap di suatu lokasi.
Selain ruang displai, butik ini juga menyediakan kamar ganti. Tak ketinggalan, pencahayaan juga digarap dengan apik. “Jadi, kalau dilihat dari jauh, sore atau malam tetap menarik perhatian orang,” ujar Nicholas.
Tapi, yang penting dari semua itu, Alvin bilang, pemain baru harus menyiapkan konsep dengan matang. Seperti Ellsworth, selain konsep butik berjalan yang tak kalah dengan butik di mal, Alvin dan Nicholas memegang teguh pentingnya branding hingga hanya menjual produk berkualitas. “Untuk pakaian seringkali konsumen harus memegang dulu bahannya. Kalau di internet agak susah. Makanya, kami memutuskan untuk langsung menjangkau pasar,” kata Nicholas.
Hanya, calon pemain yang ingin membangun bisnis ini kudu menyadari adanya kendala dalam berbisnis, yaitu cuaca. “Itu paling berat, apalagi jika hujan dan anginnya besar,” cetus Nicholas.
Karena itu, pada akhirnya mereka membuat standar prosedur untuk menutup gerai hanya dalam waktu 2 menit–5 menit. “Itu bukan tutup full. tapi tutup di saat hujan,” tutur Nicholas.
Alvin pun berpesan ke pemain baru agar rajin mencoba tempat-tempat baru. Selain melihat pasar secara langsung, mungkin di tempat baru Anda bisa mendapatkan beragam feedback dari konsumen.
Kreatif dalam Promosi
Meski truk berjalan telah didesain semenarik mungkin, pemain bisnis ini tetap membutuhkan kegiatan promosi yang kreatif. Maklum, gerai penjualan yang unik tidak bisa menjadi daya tarik utama, sejauh produk yang ditawarkan juga tak punya nilai lebih.