Peluang Usaha: Menjaring Laba dalam Gelas Kertas
Isu lingkungan bahwa plastik memiliki sifat sulit terdegradasi telah tertanam betul di kepala para pelaku usaha.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Permintaan gelas kertas alias paper cup semakin meningkat. Kesadaran akan lingkungan oleh produsen dan konsumen membuat bisnis paper cup kian menjanjikan. Apalagi, di tanah air, pemain di bisnis ini belum terlalu banyak.
Saat memutuskan untuk membawa kopi atau teh dari sebuah kafe atau minimarket, hampir pasti pesanan Anda akan tersaji di sebuah gelas berbahan kertas alias paper cup. Para penjaja kopi atau teh dari kelas global hingga tingkat usaha kecil menengah (UKM) secara sadar sudah mulai mengurangi kemasan bahan plastik.
Isu lingkungan bahwa plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable) telah tertanam betul di kepala para pelaku usaha. Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 tahun–500 tahun agar bisa terdekomposisi atau terurai dengan sempurna.
Belum lagi ada ketentuan baru dari pemerintah soal kemasan. Rasio Ridho Sani, Deputi IV Kementerian Lingkungan Hidup Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Sampah, mengatakan, akan ada peraturan menteri lingkungan hidup yang mewajibkan produsen harus menggunakan bahan dan kemasan produk yang ramah lingkungan seperti kertas.
Bukan hanya soal lingkungan, kemasan juga bukan lagi sekadar dipandang sebagai tempat penyimpanan atau membungkus suatu produk. Seiring perkembangan zaman, baik konsumen maupun produsen menganggap kemasan menjadi faktor penting untuk keberhasilan suatu produk. Makanya, berbagai inovasi pun dilakukan pada kemasan. Kemasan menarik juga merupakan kunci utama agar produk dilirik.
UKM mulai sadar
Nah, dari sini tampak potensi bisnis membangun pabrik paper cup memang masih cerah. Catur Jatiwaluyo, Direktur PT Paperocks Indonesia, produsen paper cup di Cikarang, Jawa Barat, bilang, peluang bisnis ini memang masih bagus. Apalagi, di dalam negeri isu lingkungan memang masih tergolong awam. "Namun, UKM di Indonesia pelan-pelan mulai sadar soal pentingnya kemasan berbahan kertas," ujarnya.
Tambah lagi, pemain paper cup belum terlalu banyak. Catur mencatat, baru ada sekitar 10 perusahaan paper cup yang saling bersaing. Alhasil, persaingan di pasar paper cup cukup ketat. Ada juga, sih, pemain lain tapi tidak memproduksi sendiri melainkan impor paper cup. Sehingga, "Prospeknya masih bagus ke depan," ujar Catur yang juga salah satu pemilik Paperocks Indonesia.
Ariana Susanti, Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia (IPF), menambahkan, saat ini memang sudah ada produsen yang menggunakan kemasan yang ramah lingkungan. Tapi, jumlahnya belum banyak. Meski begitu, berbagai industri lain akan terus menyiapkan kemasan ramah lingkungan. "Dan, paper cup salah satu kemasan ramah lingkungan," kata Ariana.
Catur menjelaskan, paper cup memang bukan menyasar konsumen langsung. Kebanyakan pemain paper cup membidik pengusaha restoran, kafe, atau minimarket. Ini berarti, para pemain bisnis ini tidak melayani dalam skala kecil saja. "Jumlahnya pasti dalam partai besar," ungkap Catur.
Contoh, dalam seminggu Paperock Indonesia menjual sekitar 10 juta paper cup. Jika dihitung, omzet yang masuk kantong mencapai Rp 2,5 miliar per pekan. Nah, karena dalam pesanan banyak ini yang membuat margin keuntungan pun menjadi tidak terlalu besar.
Lioe Susanto Widjaja, Presiden Direktur PT Indo Right Pack (IRP), produsen paper cup di Jakarta, mengatakan, dalam sebulan pabriknya bisa memproduksi hingga
2,5 juta paper cup. “Kalau dulu saya bisa untung sampai 20%, tapi karena semakin banyak pemain di usaha ini, keuntungan pun hanya 8%,” ungkapnya.
Dibanding kemasan dari plastik, harga paper cup memang jauh lebih mahal. Perbedaan harganya bisa mencapai 40%. Paper cup tersedia dengan ragam varian, seperti single polyethylene (PE), coated paper cup, dan double PE coated paper cup. Ukurannya juga bermacam-macam, dari yang kecil 2,5 ounces (oz)–16 oz. Adapun harga paper cup mulai Rp 175 per item–Rp 500 per item.
• Modal usaha
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.