Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Misbakhun: Petinggi Teriak-teriak Dulu, BI Rate Baru Turun

Jika tidak ada imbauan keras, Misbakhun menilai Bank Indonesia akan berdiam diri tidak menurunkan suku bunga.

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
zoom-in Misbakhun: Petinggi Teriak-teriak Dulu, BI Rate Baru Turun
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Warga menunjukan mata uang asing Dollar Amerika di tempat penukaran uang asing Kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada awal perdagangan di pasar spot kembali diuji kekuatannya di akhir pekan ini. Seperti dikutip dari data Bloomberg, mata uang Garuda dibuka turun tipis ke Rp 13.185 per dollar AS, dibanding penutupan kemarin pada 13.183. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPR RI Komisi XI, M Misbakhun mengungkapkan penurunan suku bunga acuan turun 0,25 persen dari 7,75 menjadi 7,5 persen karena para petinggi negara harus protes dulu.

Jika tidak ada imbauan keras, Misbakhun menilai Bank Indonesia akan berdiam diri tidak menurunkan suku bunga.

"Bayangkan BI Rate sekarang 7,5 turun 0,25 poin, harus petinggi negara teriak-teriak dulu," ujar Misbakhun di Jakarta, Minggu (5/4/2015).

Menurut Misbakhun, saat ini peran Bank Indonesia dalam menyetabilkan perekonomian negara belum terlalu dirasakan. Hal ini terbukti karena nilai rupiah terhadap dolar AS masih sangat lemah.

"Peran BI sebagai penjaga stabilitas, belum bisa dirasakan sekali," ungkap Misbakhun.

Misbakhun memberi contoh nilai mata uang rupiah Rp 13 ribu per dolar AS sempat turun ke Rp 12.900. Namun penurunan tersebut bukan karena upaya Bank Indonesia, melainkan kebijakan bank sentral Amerika Serikat The Federal yang menunda menaikkan nilai suku bunga.

"Itu bukan karena effort BI di pasar, Gubernur Bank sentral Amerika menunda kenaikan bunga menjadi ke Juni atau Juli," kata Misbakhun.

Berita Rekomendasi

Misbakhun mengingatkan kepada Bank Indonesia, jika hal itu terus terjadi akan berdampak kepada sektor riil di dalam negeri."Apakah perbankan kita terus kemudian mendorong intermediasinya. Risiko bisnis ada di setkor riil, pengambil kebijakan harus memperhatikan," papar Misbakhun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas