Peluang Usaha: Bisnis Biro Perjalanan Online Yang Menggiurkan
Belakangan ini sering terdengar promosi di sejumlah radio yang gencar menawarkan keagenan tur dan travel.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Belakangan ini sering terdengar promosi di sejumlah radio yang gencar menawarkan keagenan tur dan travel. Promosi itu begitu menggiurkan, lantaran menjanjikan keuntungan dan balik modal yang cepat.
Salah satu pemain yang menawarkan usaha ini adalah Bardan Priyanto, pemilik Alfafa Tour and Travel di Bekasi, Jawa Barat. Melalui radio, Badran memang aktif menawarkan usaha tur dan travel online sejak Oktober 2014 lalu.
Sejatinya, Bardan sudah menjalani bisnis agen perjalanan ini sejak dua tahun silam, dengan nama Alfafa Tour dan Travel. Dia fokus menawarkan paket haji dan umrah. Namun, sejak tahun lalu, Badran menambah lini bisnisnya dengan menjual perangkat lunak (software) untuk penjualan tiket.
Badran mengaku menambah lini baru untuk mendongkrak omzet. “Dari menjual tiket perjalanan, saya hanya bisa mengantongi Rp 40 juta per bulan,” tutur dia.
Software ini memungkinkan semua orang bisa menjadi agen perjalanan. Karena beroperasi dalam sistem web based, Badran bilang semua orang bisa menggunakannya dengan mudah. “Yang penting, agen memiliki ponsel dan jaringan internet, karena software ini tak perlu dipasang pada komputer,” kata dia seraya berpromosi.
Pada calon agen yang tertarik, Badran menjual software tersebut seharga Rp 1,75 juta. Setelah itu, pembeli akan mendapat username dan password yang bisa digunakan untuk melakukan penjualan. Pembeli software juga bisa mendapat pelatihan penggunaannya secara gratis di kantor Alfafa.
“Selain tiket pesawat, software yang saya beli dari MMBC Tour and Travel itu bisa digunakan untuk sejumlah transaksi,” ujar Badran. Software juga bisa menjual tiket kereta, hotel, paket tur perjalanan, paket haji dan umroh, serta pembayaran token listrik, telepon, air, internet, dan tv kabel, serta penjualan pulsa, layaknya jasa payment point online bank (PPOB). Para agen juga bebas memilih nama usaha sendiri.
Agen akan mendapat keuntungan sebagai berikut. Dari akses untuk menjual tiket 13 maskapai penerbangan, keuntungan berkisar 2%–3,5% dari penjualan tiket pesawat. Lalu, profit dari penjualan paket haji dan umroh sebesar Rp 3 juta per paket, sementara paket tur perjalanan Rp 250.000–Rp 750.000, tiket kereta senilai Rp 3.500 per lembar, serta keuntungan dari pembayaran token sebesar Rp 3.000 per transaksi. Dan, dari tiap transaksi, Alfafa mendapatkan laba 0,1%.
Selain menjual software untuk menjadi agen perjalanan, Badran juga membuka tawaran untuk orang yang mau menjadi distributor software. Kini, dia menjual software pada distributor seharga Rp 5 juta.
Software yang mereka dapatkan sama dengan software yang milik Badran. Jadi, distributor bisa menjual kembali software sebanyak yang mereka bisa. “Hingga kini, saya punya 100 distributor dan sekitar 1.000 orang agen perjalanan di Jabodetabek,” terang Badran.
Badran mencium peluang untuk menjual software lantaran saat ini banyak orang yang mau memiliki usaha sendiri, tapi bingung menentukan jenis usahanya. Dia menilai, peluang usaha agen perjalanan ini sangat menjanjikan karena banyak orang yang bepergian dengan pesawat. “Apalagi, modalnya tidak terlalu besar, orang-orang bisa mendapat keuntungan asal mereka mau berusaha,” kata dia.
Untuk menjual software, Badran mengadakan seminar tentang usaha ini. Dari seminar itu, muncul orang-orang yang tertarik membeli software. Tiap seminar yang berlangsung selama tiga jam, peserta dikenakan biaya Rp 75.000 per orang. Seminar diselenggarakan tiap akhir pekan, yaitu hari Sabtu dan Minggu.
Awalnya, peserta seminar Alfafa hanya 30 orang. Namun, sejak Desember, Badran mulai rajin berpromosi di berbagai radio Jabodetabek. Pengeluaran untuk iklan ini cukup besar. “Dalam seminggu, saya bisa menghabiskan Rp 200 juta untuk pasang iklan di radio serta mengisi talkshow di radio,” ujar dia. Sejauh ini, dia pernah mengiklankan Alfafa di lebih dari 20 stasiun radio.
Promosi ini berhasil mendongkrak peserta seminar. Kini, dia mengadakan seminar selama akhir pekan dibantu satu tim lain. Peserta seminar 100 orang–400 orang. Bahkan sekarang saya punya dua tim untuk seminar. “Saya sudah melatih karyawan saya untuk bisa menjadi pembicara seminar juga,” ujar dia.