Masuk Daftar Reshuffle Kabinet Versi Lembaga Survei, Ini Jawaban Sofjan Djalil
Oleh karena itu pemerintah pun terpaksa mengambil kebijakan yang tidak populer seperti pemangkasaan subsidi BBM.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perekonomian Indonesia pada kuartal pertama tahun 2015 cenderung lesu.
Oleh karena itu pemerintah pun terpaksa mengambil kebijakan yang tidak populer seperti pemangkasaan subsidi BBM.
Demikian kata Menteri Kordinator Perekonomian Sofjan Djalil kepada wartawan di kantor Wapres, Jusuf Kalla, Jakarta Pusat, Senin (4/4/2015).
Ia memaklumi bila banyak pihak yang tidak puas terhadapnya, sebagai menteri yang bertanggungjawab atas perekonomian Indonesia.
BACA: Hasil Survei Sebut Sofjan Djalil Layak Di-Reshuffle
Kekecewaan itu pun tercermin dari sejumlah survei, termasuk oleh Poltracking dan kedaiKOPI, yang merekomendasikan Presiden Joko Widodo melakukan perombakan (reshuffle) menteri bidang ekonomi.
Namun Sofjan Djalil mengingatkan, bahwa kelesuan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, sebab mayoritas negara-negara di dunia juga mengalami hal serupa.
"Masalahnya adalah ekonomi lagi sulit. Siapapun dalam posisi Menko Perekonomian atau posisi (menteri) ekonomi adalah paling sulit, kalau masyarakat tidak puas atas kondisi sekarang ini wajar saja," kata Sofjan.
Ia mengingatkan bahwa Tiongkok pun ekonominya tidak sebaik tahun lalu, begitu pun negara-negara di Eropa. Lesunya perekonomian secara global pun berdampak ke perekonomian di Indonesia. Oleh karena itu menurutnya hal ini tidak bisa disalahkan ke satu pihak.
"Itu semua mengurangi daya beli masyarakat, oleh sebab itu tidak mungkin disalahkan ke Menkopolhukam, tapi pasti ke Menko Perekonomian," jelasnya.
Saat ditanya apakah ia akan mengganti pejabat-pejabat di bidang perekonomian untuk menanggapi kelesuan tersebut, Sofjan mengaku belum bisa menjawabnya.