Menteri Perdagangan Ungkap Permainan Harga Ayam, Telur dan Daging
Sayangnya, kata Gobel, mereka mengeluarkan alasan yang tidak masuk akal.
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan Rahmat Gobel membeberkan alasan harga ayam dan telur melonjak naik padahal data Kementerian Pertanian dan Bulog mengatakan stok ayam dan telur justru surplus saat ini.
Menurut Gobel, kenaikan harga tersebut disebabkan dua faktor. Pertama, ketersediaan suplai bahan pokok tersebut sendiri yang memang kurang atau tidak ada. Faktor kedua, masalah spekulan yang bermain dengan memanfaatkan isu kelangkaan.
"Untuk kasus ayam atau telur itu over stok. Namun masalahnya tujuh bulan lalu harga keduanya di bawah rata-rata. Ini dimanfaatkan sama spekulan. Mereka mau balikin modal pas bulan puasa dan lebaran," kata Gobel di Kemenminfo, Jakarta Pusat, Jumat (19/6/2015).
Menurut Gobel, begitu juga dengan harga daging. Pasalnya berdasarkan data kementeriannya, daging sapi masih memiliki stok dalam lima bulan ke depan. Namun, sama seperti ayam dan telur, harga daging dimainkan oleh spekulan.
Karena alasan itu, Gobel mengaku hari ini sudah menemui Ketua Asosiasi Daging Sapi untuk mempertanyakan kenaikan harga tersebut.
Sayangnya, kata Gobel, mereka mengeluarkan alasan yang tidak masuk akal.
Menurut produsen asosiasi daging, harga naik karena ulah penjual. Padahal menurut Gobel, harusnya produsen daging lah yang punya kendali untuk menentukan harga.
"Kenapa jadi penjual yang ngatur. Padahal kan mereka punya hak produksi dan impor. Saya sampaikan ancaman pencabutan izin. Produsen itu punya tanggung jawab soal supply dan kualitas yang dibantu pemerintah," ujarnya.
Gobel lantas berjanji pemerintah sedang menata kembali aliran suplai bahan pokok dari produksi hingga ke konsumen. Pemerintah juga klaim sedang pelototi aksi spekulan yang mempermainkan harga saat puasa dan lebaran.
"Ini resikonya kalau dilepas mekanisme pasar, jadi kaya sekarang ini. Itu yang kita benahi," kata Gobel.