Ramadhan, Konsumsi Tahu dan Tempe Diprediksi Turun 10 Persen
Selama Ramadhan, permintaan terhadap makanan tahu dan tempe diprediksi turun 5% hingga 10%
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA. Selama Ramadhan, permintaan terhadap makanan tahu dan tempe diprediksi turun 5% hingga 10%. Namun, saat Lebaran permintaannya bisa turun lebih tajam hingga 20%. Penurunan tersebut disebabkan banyaknya makanan pengganti yang diminati masyarakat saat puasa dan Lebaran seperti kue-kue Lebaran dan panganan khas puasa dan Lebaran lainnya.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan penurunan permintaan dan produksi tahu tempe saat puasa dan lebaran sudah terjadi setiap tahun. Selain karena banyaknya makanan penganti, juga disebabkan banyaknya produsen tahu tempe pulang kampung merayakan lebaran bersama keluarga besar. "Karena permintaannya berkurang, produksi juga berkurang sehingga tidak memicu kenaikan harga," ujar Aip kepada KONTAN, Rabu (24/6/2015).
Aip mengatakan, selain peminat terhadap produk tahu dan tempe berkurang, juga harga kedelai yang merupakan bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe juga tengah jatuh. Ia mengatakan pelemahan rupiah tidak berdampak pada harga kedelai impor.
Ia mengambil contoh pada saat rupiah berada di kisaran Rp 10.500 per dollar, justru harga kedelai impor di tingkat petani mencapai Rp 7.300 per kg. Tapi saat ini, saat rupiah berada di kisaran Rp 13.400 per dollar, justru harga kedelai impor anjlok menjadi Rp 6.100 hingga Rp 6.500 per kg.
Menurut Aip, dengan harga kedelai impor yang rendah seperti itu, perajin tahu tempe senang. Apalagi kedelai impor lebih bagus kualitasnya karena kalau dimasak akan mengembang. Namun ia mengatakan harga kedelai lokal lebih rendah dari harga kedelai impor. "Paling sekarang harga kedelai lokal sekitar Rp 5.500 sampai Rp 6.000 per kg,' ujarnya.
Ia bilang, dengan murahnya harga kedelai impor, maka harga kedelai lokal jatuh dan tidak kompetitif karena harus bersaing dengan kedelai impor yang kualitasnya lebih bagus. Ia mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang pro pada petani kedelai lokal dengan memberikan bibit yang berkualitas sehingga produksinya bisa lebih tinggi. Sebab saat ini rata-rata hasil panen kedelai lokal sekitar 1,5 juta ton per hektare (ha), jauh lebih kecil dibandingkan denga hasil panen kedelai di sejumlah negara yang mencapai 3 juta - 4 juta ton per ha.(KONTAN/ Noverius Laoli )
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.