INACA: Pelemahan Rupiah Memberatkan Industri Penerbangan Nasional
Indonesia National Air Carriers Association (INACA) meminta pemerintah segera mengatasi pelemahan rupiah terhadap dolar AS
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia National Air Carriers Association (INACA) meminta pemerintah segera mengatasi pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Jika tetap dibiarkan maka rupiah bakal menambah beban biaya industri penerbangan tanah air.
Sekretaris Jenderal INACA Tengku Burhanuddin mengatakan, hampir 50 persen biaya yang dikeluarkan maskapai berbentuk dolar AS seperti perawatan mesin, sewa, asuransi, dan komponennya.
Jika dolar AS terhadap rupiah menguat, kata Tengku, membuat biaya yang dikeluarkan maskapai menjadi bengkak dari sebelumnya.
"Rupiah melemah, memberatkan maskapai karena banyak yang menggunakan dolar AS, sedangkan pendapatan maskapai bukan dolar AS tetapi rupiah," ujar Tengku saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (25/8/2015).
Sementara mengenai harga avtur yang turun menginkuti harga minyak dunia, Tengku melihat hal tersebut akan terkikis harganya jika dolar AS menguat.
"Kita beli avtur memang pakai rupiah dan Pertamina belinya dalam dolar AS, kurs dolar-nya tinggi, tentu harga avturnya juga naik," ucapnya.
Dengan kondisi seperti ini, Ia berharap kepada pemerintah melakukan berbagai cara agar rupiah tidak semakin tertekan yang dapat memberatkan semua industri tanah air, terutama industri penerbangan.
"Semua sektor kena kalau rupiah melemah, makanya kami minta agar pemerintah membuat stabil rupiah dan kami juga minta bea masuk suku cadang pesawat dihilangkan seperti negara Asean lainnya," tutur Tengku.
Sementara itu, Head of Corporate Secretary and Communication PT Indonesia AirAsia Audrey Progastama Petriny, juga mengatakan hal senada dengan INACA.
Audrey menuturkan, pelemahan rupiah saat ini dibarengi dengan turunnya harga avtur memang cukup membantu perusahaan.
"Tapi pelemahan rupiah ini sangat berdampak terhadap biaya maintenance dan lease pesawat, dimana biaya yang dikeluarkan untuk dua hal tersebut menjadi lebih tinggi," kata Audrey.
Kurs tengah Bank Indonesia mencatat, rupiah pada Senin (24/8/2015) di level Rp 13.998 atau melemah dari sebelumnya Rp 13.895 per dolar AS.
Sementara data Bloomberg pada pukul 10.54 WIB pada hari ini, rupiah di level Rp 14.040 per dolar AS. Sejak pembukaan tadi pagi hingga pukul tersebut, rupiah bergerak pada kisaran Rp 14.034-Rp14.072 per dolar AS.