Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ditanya Mafia Listrik, Dirut PLN: Mafianya Kaya Gimana?

Sofyan menuturkan, dirinya akan mempelajari siapakah mafia listrik yang dimaksud oleh Rizal Ramli.

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Ditanya Mafia Listrik, Dirut PLN: Mafianya Kaya Gimana?
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Sofyan Basir 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir membantah adanya 'mafia listrik' di internal perusahaannya seperti yang dituduhkan oleh Menko Maritim Rizal Ramli. Dirinya meminta agar menanyakan mafia listrik itu kepada Rizal Ramli.

"Mafianya kayak gimana? Kan belum tahu. Cari tahu dari beliau (Rizal Ramli), terus difollow up," kata Sofyan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (8/9/2015).

Sofyan menuturkan, dirinya akan mempelajari siapakah mafia listrik yang dimaksud oleh Rizal Ramli. Menurutnya, yang dituduhkan oleh Rizal Ramli hanyalah oknum dan tidak sampai sebuah mafia.

"Kita pelajari ke dalam, siapa tahu ada. Menurut saya nggak sampai jadi mafia lah," katanya.

Sebelumnya, Rizal Ramli meminta Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir untuk menetapkan biaya administrasi maksimal untuk pulsa listrik. Sebab, kata Rizal, masyarakat pelanggan pulsa listrik sistem prabayar sering kali mendapat pulsa listrik jauh lebih rendah daripada nominal yang dibeli.

"Mereka membeli pulsa Rp 100.000, ternyata listriknya hanya Rp 73.000. Kejam sekali, 27persen kesedot oleh provider yang setengah mafia," kata Rizal saat konferensi pers di Jakarta, Senin (7/9/2015).

Menurut dia, keuntungan yang diraup provider pulsa listrik sangat besar. Rizal pun membandingkan dengan pulsa telepon seluler. Pertama, tidak seperti pulsa listrik, pulsa telepon dapat dibeli dengan mudah di mana pun.

Berita Rekomendasi

"Kedua, kita beli pulsa isi Rp 100.000, kita hanya bayar Rp 95.000 karena itu kan uang muka. Provider bisa taruh uang mukanya di bank dan dapat bunga," ujar Rizal.

Selain soal mahalnya biaya administrasi untuk pulsa listrik, Rizal juga menyoroti kebijakan pulsa listrik itu sendiri. Menurut Rizal, hal tersebut disebabkan adanya monopoli di tubuh PLN.

"Di zaman dulu sampai sekarang, masyarakat itu diwajibkan pakai pulsa karena ada yang 'main' monopoli di PLN di masa lalu," kata Rizal.

"Itu kejam sekali karena ada keluarga yang anaknya masih belajar pukul delapan malam pulsa listriknya habis, padahal tidak semudah nyari pulsa telepon. Nyarinya susah," ujar dia.

Atas dasar itu, dia pun meminta dua hal kepada Sofyan Basir. Pertama, PLN harus menyediakan masyarakat pilihan listrik meteran atau pulsa listrik. Kedua, biaya maksimal administrasi pulsa listrik Rp 5.000 sesuai dengan kesanggupan PLN.

"Menurut saya, mohon segera dilakukan dua keputusan tadi," kata dia kepada Sofyan Basir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas