Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bank China, Brasil, dan Turki Rentan Krisis

Pertumbuhan kredit di China, Brasil, dan Turki memasuki zona mengkhawatirkan.

Editor: Mohamad Yoenus
zoom-in Bank China, Brasil, dan Turki Rentan Krisis
Kontan
ILUSTRASI 

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Pertumbuhan kredit di China, Brasil, dan Turki memasuki zona mengkhawatirkan.

Pertumbuhan kencang penyaluran kredit di negara tersebut tidak cuma menumpukkan utang, tapi membawa industri perbankan rentan guncangan krisis ekonomi.

Laporan terbaru Bank for International Settlements (BIS) menyebutkan, rasio kredit terhadap produk domestik bruto (PDB) di China, Brasil, dan Turki semakin tinggi.

Rasio kredit terhadap PDB China semisal, mencapai level 25,4 persen, tertinggi ketimbang negara lain di seluruh dunia.

Disusul perbankan Turki yang mengendalikan 16,6 persen dari total PDB.

Selanjutnya, kekuatan perbankan Brasil mencapai 15,7 persen dari total ekonomi.

“Indikator peringatan dini perbankan menunjukkan risiko yang timbul dari pertumbuhan kredit yang kuat. Secara historis, negara dengan rasio kredit di atas ambang 10 persen berpotensi sekitar 60 persen terkena krisis yang terjadi dalam waktu tiga tahun," tulis laporan BIS seperti dikutip Bloomberg, Senin (14/9).

Berita Rekomendasi

Negara berkembang

Laporan BIS mengungkapkan, perbankan negara berkembang (emerging market) lebih rentan terhadap krisis.

Alasannya, perbankan negara berkembang mengalami pemulihan paling cepat saat menghadapi krisis finansial tahun 2008.

Saat perbankan Amerika Serikat (AS) dan Eropa terkapar pada tahun 2008, pertumbuhan kredit di negara berkembang kian melesat tinggi.

Devaluasi yuan di akhir bulan lalu meningkatkan kekhawatiran terhadap daya tahan perbankan China.

Risiko perbankan China meningkat lantaran kucuran kredit mencetak rekor CNY 17,6 triliun atau US$ 2,8 triliun.

Tumpukan utang ini banyak terjadi saat kredit perbankan booming di era Perdana Menteri China Wen Jiabao pada tahun 2009.

Kekhawatiran mulai muncul ditandai dengan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang menyentuh angka CNY 982,5 miliar pada kuartal I 2015. Angka ini merupakan NPL tertinggi sejak tahun 2004.

Gambaran saja, NPL perbankan China itu setara dengan ukuran ekonomi Vietnam.

Perbankan Brasil juga tak luput dari tekanan NPL. Bank terbesar di Amerika Latin, Banco do Brasil SA menyisihkan 21 persen dari total laba untuk cadangan kerugian NPL.

Yang menarik, BIS pun menyoroti kondisi perbankan di Indonesia, Singapura dan Thailand.

Perbankan ketiga negara ini turut masuk zona rentan krisis. Sebab, hitungan BIS, rasio perbankan tiga negara itu terhadap PDB sudah di atas 10 persen. (*)

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas