Perusahaan Jasa Migas Mulai Mengurangi Karyawan
Pasalnya, tak banyak aktivitas bisnis yang bisa dilakoni
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Seiring jatuhnya harga komoditas energi, aktivitas pertambangan minyak dan gas (migas) Indonesia lesu. Tak terkecuali perusahaan jasa migas. Bahkan untuk meminimalisasi kerugian, mereka melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Salah satunya: PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Apexindo mengaku ladang bisnis mereka saat ini sepi. Alhasil, "Saat ini kami tengah mempertimbangkan soal pilihan PHK," kata Zainal Abidinsyah Siregar, Direktur Utama PT Apexindo Pratama Duta Tbk, Rabu (30/9).
Pasalnya, tak banyak aktivitas bisnis yang bisa dilakoni. Ia mencontohkan kontrak pengeboran dengan Total E&P Indonesie. Saat ini, Apexindo hanya menggarap jasa pengeboran migas di empat lokasi. Tahun depan, kontrak jasa pengeboran perusahaan berkode APEX di Bursa Efek Indonesia ini, malah berkurang menjadi dua lokasi saja.
Sayang, Apexindo Pratama enggan membeberkan nilai kontrak pengeboran dengan Total E&P. Yang pasti, salah satu kontrak yang mereka garap terletak di Serawak, Malaysia. Sementara PT McDermott Indonesia justru sudah melakukan PHK pada awal tahun 2015. Perusahaan yang menginduk ke McDermott International di Amerika Serikat itu, telah memangkas 10% dari total karyawan.
Saat ini, sisa jumlah karyawan mereka 2.600 orang. McDermott Indonesia mengaku masih bisa menjalankan roda bisnis tahun ini karena tertolong limpahan garapan dari McDermott Internasional. "Kami berharap ke depan kami mampu bertahan dan tak melakukan PHK lagi," harap Mudhito Prakosa, Presiden Direktur PT McDermott Indonesia kepada KONTAN, Kamis (1/10).
Selama 40 tahun berbisnis di Indonesia, McDermott International telah mengelontorkan investasi US$ 2,2 miliar untuk membikin konstruksi minyak lepas pantai. Per tahun, perusahaan itu rata-rata mengucurkan investasi lebih dari US$ 100 juta. Namun, sejak 2014 investasi McDermott International susut menjadi di bawah US$ 100 juta. Jumlah ini bisa susut lagi di tahun ini.
Herry Putranto, Ketua Komunitas Migas Indonesia bilang, harga minyak dunia yang turun hingga di bawah US$ 40 per barel membikin pelaku industri menunda kegiatan produksi, termasuk, menunda kegiatan eksplorasi. Dus, pelaku usaha mendesak pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan gairah investasi. Semisal tax holiday dan kebijakan pembebasan lahan.
"Kalau dibiarkan oleh pemerintah, kondisi ini akan semakin parah," ujar Zainal.(Adhitya Himawan)