Pengamat: Penguatan Rupiah Bukan Prestasi Pemerintah Tapi Faktor Eksternal
Tren penguatan rupiah tiga hari terakhir bukanlah karena prestasi pemerintah tapi lebih karena faktor eksternal.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa hari terakhir rupiah mengalami penguatan nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Rupiah terus menunjukkan tren positif dimana sempat menyentuh angka Rp 13.821 dimana sebelumnya hampir menembus angka Rp 15.000.
Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengatakan penguatan rupiah terhadap dolar AS itu lebih banyak disebabkan faktor eksternal atau perekonomian global.
Menurutnya, menguatkan rupiah bukan karena faktor internal dalam negeri, apalagi jika dikaitkan dengan sejumlah paket kebijakan ekonomi yang telah diumumkan pemerintah.
"Penguatan rupiah yang terjadi semuanya karena eksternal, bukan internal. Paket Kebijakan Ekonomi jilid III- Presiden Jokowi kan belum jelas seperti apa (implementasinya). Dan investor itu enggak membeli kucing dalam karung, walaupun ada indikasi paket itu akan membantu daya beli, tapi mereka masih menunggu," kata Lana kepada wartawan, Kamis (8/10/2015).
Lana menuturkan, faktor eksternal yang sebenarnya mendongkrak rupiah adalah lemahnya data ketenagakerjaan di AS.
Sehingga menimbulkan pandangan dari para investor, bahwa Federal Reserve (The Fed) pasti tidak menaikkan suku bunganya pada tahun 2015 ini.
"Investor yakin The Fed tak akan agresif menaikkan suku bunganya tahun ini. Kalaupun naik, tidak akan di Oktober ini, tapi di Desember 2015. Risikonya sudah terukur. Jika naik Desember paling kenaikan sekitar 10 atau 15 basis poin. Ini hanya menjaga kredibilitas Bank Sentral AS," ujarnya.
Masih kata Lana, penguatan rupiah saat ini harus dimanfaatkan Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing.
Hal itu dimaksudkan agar laju rupiah semakin menguat dan tidak kembali ke jalur pelemahan.
"Mumpung sentimennya lagi bagus juga, segera keluarkan paket kebijakan selanjutnya. Kalau ampuh, akan direspon positif," tandasnya.