Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Sekian Lama Loyo, Ini Penyebab Rupiah Menguat Dua Hari Terakhir

Setelah sekian lama melemah, ini kemungkinan penyebab rupiah menguat dalam dua hari terakhir.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Sekian Lama Loyo, Ini Penyebab Rupiah Menguat Dua Hari Terakhir
TRIBUNNEWS.COM/ HERUDIN
Seorang kasir di sebuah bank sedang menghitung rupiah. 

TRIBUNNEWS.COM - Nilai tukar rupiah dalam dua hari ini naik secara signifikan terhadap dollar AS.

Hal itu terjadi setelah aksi jual besar-besaran di pasar modal ataupun pasar uang melanda berbagai negara berkembang atau emerging markets.

Kondisi ini telah membuka peluang terjadinya rebound di pasar negara tersebut, utamanya di Indonesia, Meksiko, dan Malaysia.

Sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Selasa (6/10/2015), atas pertimbangan tersebut, perwakilan dari hedge fund yang berbasis di California, AS, Franklin Templeton, berani bertaruh untuk membeli aset-aset di tiga negara berkembang, yakni Indonesia, Meksiko, dan Malaysia.

Michael Hasenstab, seorang fund manager dari Franklin Templeton, mengungkapkan, murahnya aset di pasar berbagai negara berkembangakan mendorong masuknya investasi dalam jangka panjang.

"Berdasarkan perhitungan, ini adalah kesempatan untuk membeli aset-aset murah. Ini tak hanya dalam satu dekade ke depan, tetapi juga multi-dekade," ujar Hasenstab.

"Kami sejauh ini tidak membeli bermacam-macam aset.

Berita Rekomendasi

Namun, dengan melihat kondisi ini, di sana terdapat segenggam harapan yang bisa berubah di tengah kekacauan pasar. Ini seperti sebuah berlian di tengah kekacauan," kata dia.

Terkat dengan hal itu, dia menyatakan mengincar sejumlah mata uang yang berpotensi menguat signifikan, yakni peso Meksiko, ringgit Malaysia, dan rupiah Indonesia.

Di sisi lain, dia menghindari pembelian mata uang negara berkembanglain, seperti Turki, Afrika Selatan, dan Rusia.

Hasenstab, yang juga seorang petualang dan pernah naik ke puncak Everest, mengurangi eksposure investasinya di negara-negara berkembang menyusul terjadinya pelambatan ekonomi China, melemahnya harga komoditas, dan naiknya suku bunga acuan AS. (Ade Sulaeman)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas