Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Namarin Institute: Kriminalisasi Terhadap Pelindo II Perburuk Iklim Investasi

Pelindo II sudah mengantongi persetujuan dari menteri BUMN sebagai wakil pemerintah Jokowi.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Namarin Institute: Kriminalisasi Terhadap Pelindo II Perburuk Iklim Investasi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sejumlah massa aksi dari GANAS (Gerakan Nasionalisasi Aset) melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung BUMN, Jakarta, Selasa (6/10/2015). Dalam aksinya mereka menuntut memecat Dirut Pelindo RJ Lino dan Menteri BUMN Rini Soemarmo, membatalkan perpanjangan kontrak JICT dengan asing, serta stop union busting. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur Namarin Institute Siswanto Rusdi mengatakan, upaya kriminalisasi terhadap kebijakan Pelindo II dinilai menjadi kampanye negatif bagi pemerintah untuk menarik masuknya investasi.

Padahal ditengah situasi ekonomi yang semakin sulit saat ini Indonesia butuh investasi baru untuk menggerakkan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru, khususnya di sektor pelabuhan.

Situasi di pelabuhan Tanjung Priok yang terus memanas dengan aksi demo menolak kebijakan pemerintah memperpanjang konsesi terminal JICT oleh Pelindo II dan Hutchison Port Holding (HPH).

"Berbagai upaya kriminalisasi yang dilakukan pihak-pihak tertentu terhadap kebijakan Pelindo II sangat membahayakan investasi. Kebebasan berserikat tidak boleh diplintir untuk memaksakan kehendak, apalagi mengajak orang mogok massal. Itu sudah masuk ranah pidana dan polisi harus menangkap provokatornya," tegasSiswanto Rusdi, Jumat (9/10/2015).

Menurut Siswanto upaya pembatalan perpanjangan kontrak konsesi JICT merupakan salah satu contoh buruk tentang kampanye investasi Indonesia. Sebagai korporasi dan BUMN, Pelindo II telah menjalani proses transaksi itu secara fair dan transparan. Bahkan Pelindo II sudah mengantongi persetujuan dari menteri BUMN sebagai wakil pemerintah Jokowi.

Apabila kemudian transaksi itu dibatalkan hanya karena ingin mengakomodir kepentingan sekelompok karyawan JICT, tentu akan sangat merugikan ekonomi nasional dan menciptakan ketidakpastian investasi.

"Ketika pemerintah sudah setuju dengan perpanjangan kontrak, ya harus konsisten dengan putusan itu. Jika keputusan yang sudah disepakati dibatalkan hanya karena tekanan segelintir orang, kepercayaan terhadap Indonesia akan semakin jatuh," tandasnya.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas