Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Soal Nuklir, BATAN Merasa Sendirian

Faktor utamanya, ketiadaan dukungan politik dari pemerintah maupun politisi dalam kebijakan nuklir sebagai sumber energi.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Soal Nuklir, BATAN Merasa Sendirian
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Sampah tanah yang terkontaminasi radiasi nuklir di Fukushima, dibungkus plastik hitam, tidak jelas akan dibawa kemana. Insert kanan atas, tanda larangan masuk bagi pengendara motor, sepeda dan pejalan kaki di jalan raya No.6 Tomioka menuju daerah Fukushima. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) mengakui pengembangan nuklir sebagai sumber energi bersih dan kompetitif di Indonesia masih sulit.

Faktor utamanya, ketiadaan dukungan politik dari pemerintah maupun politisi dalam kebijakan nuklir sebagai sumber energi.

Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala BATAN bilang, ide penggunaan nuklir sebagai sumber energi sudah tercetus sejak lama di Indonesia. Pada dekade 1970-an, pernah ada kerjasama eksplorasi Uranium yang menjadi bahan nuklir di wilayah Kalimantan Barat.

"Namun kerjasama itu akhirnya tidak berlanjut karena ada salah satu klausul yang tidak mencapai kesepakatan antara Indonesia dan Prancis," kata Djarot saat dihubungi KONTAN, Senin (12/10).

Dalam perkembangannya, pengembangan nuklir sebagai sumber energi di Indonesia sulit mendapat kemajuan. Misalkan untuk pengembangan nuklir dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), hingga saat ini pemerintah maupun DPR belum memberikan perhatian yang besar.

Padahal banyak sekali investor luar negeri yang siap membangun PLTN di Indonesia. "Yang mereka butuhkan adalah sikap politik yang jelas dari pemerintah bahwa negara mendukung nuklir sebagai sumber energi yang vital di Indonesia. Tanpa itu, investor juga akan merasa ragu," ujar Djarot.

Sampai kini BATAN terus menjalin koordinasi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Bagaimanapun juga, ketersediaan minyak bumi, gas dan batu bara suatu saat akan habis.

Berita Rekomendasi

"Dengan tren produksi yang menurun, ada baiknya pemerintah maupun DPR mulai membuka ruang untuk pengembangan nuklir. Apalagi dalam survei kami tahun lalu, sebanyak 72% masyarakat Indonesia sudah bisa menerima pembangunan PLTN," jelas Djarot.

BATAN sendiri hari ini menandatangani kerjasama dengan Miner-Nantes/Subatec, Pusat Tenaga Atom dari Prancis. Selain mengasah kemampuan SDM Indoensia dalam pengembangan nuklir, BATAN hendak belajar teknologi dan pengalama dari Prancis sebagai negara yang mengandalkan nuklir sebagai sumber energi utama untuk pembangkit listrik.

"Sebanyak 70% pasokan listrik di Prancis dihasilkan oleh 58 PLTN yang tersebar di seluruh Prancis. Meskipun jumlah tersebut masih kalah dari Amerika Serikat yang memiliki lebih dari 100 PLTN di seluruh negeri," pungkas Djarot. (Adhitya Himawan)

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas