Kurtubi Dorong Sumbawa Menjadi Kawasan Industri Khusus Tambang
ada wacana Newmont bersama PT Freeport Indonesia malah berencana membangun smelter di luar kawasan tambangnya, di Gresik
Penulis: Yulis Sulistyawan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah sempat dipertanyakan komitmennya untuk membangun smelter sebagai syarat mengekspor mineral dari Indoneisa, kini Newmont Nusa Tenggara (NNT) kembali menuai kontroversi.
Pasalnya, ada wacana Newmont bersama PT Freeport Indonesia malah berencana membangun smelter di luar kawasan tambangnya, di Gresik, Jawa Timur.
Wacana pembangunan smelter di luar kawasan tambang inilah yang diprotes oleh masyarakat di Nusa Tenggara Barat dan Papua. Sebab menurut masyarakat dan sejumlah pakar, hal ini akan merugikan pendapatan daerah.
Menyikapi wacana ini, Anggota Komisi Energi dari Fraksi Partai NasDem, Kurtubi, meminta kepada pemerintah agar Sumbawa dijadikan Kawasan Industri Khusus (KIK) berbasis tambang. Hal ini menurutnya karena potensi tambang di daerah pemilihannya sangat besar dan semestinya dapat menjadi pemasok anggaran bagi daerahnya.
"Saya mendesak pemerintah untuk menjadikan Sumbawa sebagai kawasan khusus industri," ujar Kurtubi, Senin (12/9/2015).
Menurut Kurtubi, permintaan ini diajukannya sebagai upaya memberikan peluang pada PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) agar lebih cepat membangun Smelter di Sumbawa. Karena pada dasarnya perusahaan seperti NNT harus membangun smelter di sekitar daerah tambang. Kewajiban ini diamanatkanoleh perintah UU Minerba No. 4 tahun 2009.
"Pemerintah tidak bijaksana jika Smelter di bangun di Gresik untuk mengolah bahan tambang yang berasal dari Papua (Freeport) dan NTB (Newmont)," jelasnya.
Lagi pula kata dia, smelter apabila dibangun di daerah tambang akan sangat feasible dalam segi memberi tambahan penghasilan bagi perusahaan maupun daerah lokasi tambang. Dengan smelter yang dekat, maka perusahaan dapat menghemat ongkos angkut bahan tambang. Selain itu apabila smelter juga berada dekat dengan lokasi tambang, masalah pengadaan tanah pun akan teratasai .
“Tidak ada hambatan pengadaan tanah karena perusahaan tambang sudah menguasai ribuan hektar, listrik dipenuhi dengan menambah kapasitas pembangkit existing yang cost-nya lebih murah,” paparnya.
Kurtubi berkeras bahwa PT NNT sudah selayaknya diperintahkan oleh negara untuk membangun smelternya di Sumbawa, NTB. Hal ini menurutnya untuk memperkecil kesenjangan Jawa-luar Jawa. Apalagi saat ini ketimpangan diantara dua kawasan tersebut terpaut cukup lebar. Makanya harus diperkecil dengan mendorong investasi ke daerah-daerah penghasil tambang.
"Nasdem NTB menolak smelter di Gresik untuk Newmont. Smelter harus di Sumbawa," tegasnya.
Selain alasan-alasan tadi, pakar energi dari Sumbawa ini, menekankan bahwa bahan baku tambang yang dikelola Newmont 100 persen berasal dari perut Bumi Sumbawa. Tidak hanya mengandalkan di Blok Batu Hijau di Sumbawa Barat yang baru diproduksikan. Tapi juga Newmont memiliki cadangan di Blok Tambang Dodo Rinti di Kabupaten Sumbawa yang justru produksinya belum dimulai.
"Konstituen Nasdem dan rakyat Sumbawa sulit menerima jika bahan tambang yang digali di Sumbawa harus diangkut dan dimurnikan di Gresik selama sekitar 50 tahun ke depan," tuturnya.
Terkait persoalan biaya pembuatan Smelter ini. Kurtubi sampaikan, terdapat 50 lebih investor yang mengantre, karena para investor tertarik untuk membuat smelter tersebut. Begitu juga keberadaan industri pendukungnya sudah ada.
"Jadi saya kira tidak ada alasan bagi Newmont tidak membangun smelter di Sumbawa," pungkasnya.